Kamis, 18 September 2008

KUNGFU MUSLIM THIFAN POKHAN TSUFUK

Karya Ust. Habib Thifan Tsufuk

BAB 1

MENELITI BELADIRI

MENURUT TUNTUNAN AQIDAH ISLAMIYAH

Untuk mengkaji beladiri hendaklah kita tidak menyimpang dari Aqidah Islamiyah, karena mengkaji beladiri tanpa pengetahuan yang mendukung dapat mengakibatkan rusaknya Aqidah Islamiyah kita, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Dasar pengkajian yang kita lakukan hendaklah sesuai dengan firman Allah I sebagai berikut :

æóáÇó ÊóÞúÝõ ãóÇ áóíúÓó áóßó Èöåö Úöáúãñ Åöäøó ÇáÓøóãúÚó æóÇáúÈóÕóÑó æóÇáúÝõÄóÇÏó ßõáøõ ÃõæáóÆößó ßóÇäó Úóäúåõ ãóÓúÆõæáÇð.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

(Q.S. Al-Israa’ : 36)

Di dalam ayat tersebut di atas Allah I menginginkan kita sebagai hambanya untuk mengadakan penelitian yang mendalam tentang sesuatu yang akan kita kerjakan atau kita ikuti. Begitu pula dengan masalah beladiri yang akan kita ikuti harus kita teliti terlebih dahulu.

Dengan penelitian ini diharapkan kita sebagai umat Islam tidak terjebak dengan permasalahan dan perbuatan kita yang merusak aqidah kita, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga kita semua yang berminat mengkaji beladiri berada di Jalan Allah I.

Suatu aliran beladiri bisa dikatakan Islami jika sudah memenuhi kriteria berikut :

A. Niat untuk Belajar Beladiri

Niat merupakan sesuatu yang menentukan pekerjaan kita apakah dapat dinilai sebagai ibadah ataupun tidak oleh Allah I. Begitupun mempelajari beladiri segalanya tergantung oleh niat kita apakah hanya mencari sehat, atau tujuan lainnya, sebagaimana hadits berikut :

ÅöäøóãóÇ ÇúáÃóÚúãóÇáõ ÈöÇáäøöíøóÇÊö

"Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya”

(H.R. Bukhori)

æóãóäú íøõÑöÏú ËóæóÇÈó ÇáÏøõäúíóÇ äõÄúÊöåö ãöäúåóÇ æóãóäú íøõÑöÏú ËóæóÇÈó ÇúáÂÎöÑóÉö äõÄúÊöåö ãöäúåóÇ

“Dan barang siapa menghendaki pahala dunia niscaya kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat kami berikan pahala akhirat itu”

(Ali Imran 145).

Hendaklah tujuan dalam mempelajari beladiri hanyalah untuk membela hak kita sebagai seorang muslim yang menjadi khalifah di muka bumi ini.

B. Bebas dari Segi Aqidah

Yang dimaksud bebas dari segi Aqidah adalah :

1. Tidak ada tata cara penghormatan yang menyalahi aqidah.

2. Tidak ada lambang-lambang yang menyalahi aqidah.

3. Tidak ada bid’ah dalam pelatihan yang menyebabkan rusaknya aqidah.

4. Tidak ada hal-hal yang bersifat ‘Tasyabbuh’.

5. Tidak ada hal-hal yang bersifat ‘Ashobiyah’.

6. Dan lain-lain yang perlu diteliti dan dikaji lagi.

Untuk lebih jelasnya, agar kita terbebas dari segala bentuk yang bisa merusak aqidah kita, kita gunakan metode penyeleksian sebagai berikut :

1. Janji yang diucapkan dalam beladiri

Janji ini memegang peranan penting dalam mempelajari beladiri, karena janji inilah yang akan menjiwai setiap gerak-gerik murid yang mempelajarinya. Sebagai seorang muslim sudah tentu yang kita inginkan adalah janji yang sesuai dengan perintah Allah I.

2. Perhatikan dan teliti lambang yang digunakan

Lambang beladiri tersebut apakah menyalahi aqidah Islamiyah kita atau tidak.

Contoh :

- Segi tiga sama kaki, baik terbalik ataupun tidak ini melambangkan kaum zionis Yahudi.

- Swastika ini melambangkan aqidah Hindu/Budha

- Bintang Segi Enam yang terdiri dari dua buah segitiga sama kaki, ini melambangkan Bintang Yahudi (aqidah Yahudi).

- dan lain-lain.

3. Perhatikan cara penghormatannya (sikap tangan dalam penghormatan)

Sikap tangan banyak yang tanpa kita sadari melambangkan suatu aqidah agama lain.

Berikut akan kita lihat arti sikap tangan (Mudra) dalam kitab Weda Parikrama susunan G. Pudja terbitan tahun 1972 di halaman 57 berbunyi sebagai berikut :

“Tiap arah dengan nama mudra tersendiri dan tiap mudra melambangkan aspek dewata dengan arti tujuan tertentu”.

Jadi kalau kita melakukan penghormatan dengan sikap tangan yang melambangkan suatu dewa tertentu, berarti kita telah menserikatkan Allah I secara tidak langsung. Semoga Allah I memaafkan kebodohan kita tersebut.

4. Teknik pernafasan yang digunakan

Memahami teknik pernafasan sama pentingnya dengan memahami sikap tangan. Banyak teknik pernafasan yang menggunakan metode pernafasan agama lain yang bagi mereka merupakan salah satu cabang ibadah. (contoh : pernafasan Yoga)

5. Cara untuk meningkatkan kemampuan diri

Hal ini sangat penting kita pahami, karena jika kita meningkatkan kemampuan diri kita dengan bantuan bacaan-bacaan tertentu ataupun upacara-upacara tertentu yang mempunyai syarat tertentu pula, maka kita akan terjerumus dalam kemusyrikan.

Latihan fisik harus benar-benar mengerahkan kemampuan fisik kita, jangan kita campuri dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan latihan fisik kita.

6. Cara melakukan jurus / gerakan dalam beladiri

Hal ini sangat penting untuk membedakan jenis beladiri tersebut dan menyesuaikannya dengan struktur tubuh kita. Terutama untuk membedakan mana gerakan yang cocok untuk laki-laki dan mana yang cocok untuk perempuan.

Jika cara berjurus untuk laki-laki disamakan dengan perempuan, maka kita akan termasuk dalam hadits berikut ini :

áóÚóäó ÑóÓõæúáõ Çááåö e ÇáúãõÊóÔóÈøöåöíúäó ãöäó ÇáÑøöÌóÇáö ÈöÇáäøöÓóÇÁö æóÇáúãõÊóÔóÈøöåóÇÊö ãöäó ÇáäøöÓóÇÁö ÈöÇáÑøöÌóÇáö.

“Rasulullah e melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki”.

(HR. Bukhori)

áóÚóäó ÑóÓõæúáõ Çááåö e ÇáÑøóÌõáó íóáúÈóÓõ áõÈúÓóÉó ÇáúãóÑúÃóÉö æóÇáúãóÑúÃóÉó ÊóáúÈóÓõ áõÈúÓóÉó ÇáÑøóÌõáö.

Rasulullah e melaknat laki-laki yang berpakaian serupa pakaian perempuan dan perempuan yang berpakaian serupa pakaian laki-laki.

(HR. Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hiban dan Hakim)

Dari hadits di atas jelas Allah I dan Rasul-Nya melarang perempuan menyerupai laki-laki atau bertingkah sebagai laki-laki begitu juga sebaliknya.

Hasil latihan beladiri dapat mempengaruhi fisik dan mental seseorang, jika perempuan mempelajari beladiri dengan gerakan yang disamakan untuk laki-laki (misal : gerakannya keras) maka perempuan tersebut akan terbawa alam laki-laki, tubuhnya akan menjadi keras berotot bagaikan penarik gerobak, sehingga hal ini merusak fitrahnya sebagai seorang perempuan, dan ini dilarang oleh Allah I dan Rasul-Nya sesuai dengan hadits di atas.

Beladiri merupakan pakaian bagi orang yang mempelajarinya, untuk itulah hati-hatilah dalam memilih jenis beladiri yang akan diikuti.

Dari cara berpakaian untuk berlatih pun laki-laki dan perempuan tidak boleh sama, perempuan harus menggunakan pakaian yang tertutup auratnya namun tidak mempengaruhi gerakannya. Perempuan dan laki-laki tidak dapat berlatih dalam satu tempat yang sama, karena hal ini akan mengaburkan niat kita dalam berlatih beladiri.

C. Bebas dari Segi Kesehatan

Yang dimaksud bebas dari segi kesehatan adalah : latihan beladiri yang tidak merusak kesehatan dalam jangka panjang ataupun jangka pendek, hingga pada akhirnya terjebak ke dalam suatu ‘Kedzoliman’ yang sudah pasti bertentangan dengan tuntunan Aqidah Islamiyah.

Contoh :

1. Cara menendang yang salah yaitu mengunci sendi lutut sehingga dua tulang di bawah tempurung lutut beradu, pada akhirnya mengakibatkan lecet.

2. Cara memukul yang salah yaitu mengunci sendi sikut dapat mengakibatkan terjadinya lecet pada tulang hasta akibat berbenturan tulang.

3. Memukul-mukul benda keras dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan asam urat yang pada akhirnya dapat menjadi trauma sendi.

4. Memukul-mukul leher yang mengakibatkan pusat sistem saraf yang berada di batang otak terganggu.

5. Melakukan gerakan-gerakan yang membahayakan tulang punggung seperti ‘Kayang’ yang dapat membuat terjadinya lecet pada tulang punggung.

6. Melakukan pemanasan yang tidak ‘tertib’ seperti menahan nafas dengan keras pada awal pelatihan, ini mengakibatkan sistem peredaran darah terganggu akibat sendi, otot, jantung belum dipanaskan terlebih dahulu.

7. Dan lain-lain yang perlu diteliti dari segi kesehatan agar tidak terjebak pada hal-hal yang mendzolimi diri kita sendiri.




BAB 2

DAHT DAN NAHT

Pada dasarnya manusia cenderung ingin memiliki kekuatan di luar jangkauan kemampuan manusia itu sendiri. Ada manusia yang berbangga hati jika mampu mempertontonkan keistimewaannya kepada orang lain dan ada pula yang berdalih untuk mempermudah keinginannya.

Contoh nyata manusia yang berbangga hati untuk mempertontonkan kemampuannya seperti kebal, dapat memutuskan rantai besi yang tebal, mandi dalam api, menggoreng dengan tangan dan sebagainya. Manusia yang berdalih untuk mempermudah hidupnya seperti dapat mendatangi tempat yang jauh dalam sekejap, dapat mengetahui peristiwa yang akan datang, dapat menghilang, dapat mendatangkan buah-buahan dari negeri yang jauh, dan sebagainya.

Kita sebagai umat Islam hendaknya tidak membabi buta untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Tetapi hendaklah kita teliti dahulu asal-muasal suatu perkara, kita gunakan mata kita, kita gunakan telinga kita, kita gunakan akal dan kemudian kita putuskan dengan hati apakah masalah yang kita dapatkan tadi sesuai dengan ajaran agama kita (Islam) ataukah bertentangan dengan ajaran agama Islam. Jika telah kita gunakan metode yang di atas tadi, Insya Allah kita akan mendapatkan sesuatu yang diridhoi oleh Allah I.

Penulis akan menerangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan tenaga luar (Jin) untuk kepentingan manusia dalam beladiri, pengobatan dan lain-lain, kemudian kita lihat dari segi agama apakah hal tersebut dibenarkan ataukah tidak, kemudian juga akan kita lihat cara-cara yang tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad e dan para shahabat beliau untuk mendapatkan karomah, maunah dengan jalan dzikir nafas dan lain-lain.

Semoga kita umat Islam terutama tamid Thifan Po Khan tidak terperangkap oleh hal-hal yang menggunakan bantuan luar dan melakukan hal-hal yang tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad e dalam segi peribadatan untuk mendatangkan sesuatu yang menakjubkan. Semoga kita semua dalam lindungan Allah I. Aamiin.

A. Jin

1. Istilah dan asal Jin

Arti Jin menurut bahasa adalah makhluk yang tersembunyi, sedangkan menurut pengertian agama adalah makhluk yang dijadikan Allah I dari api. Hal ini dapat kita lihat dalam firman Allah I sebagai berikut :

æóÇáúÌóÇäøó ÎóáóÞúäóÇåõ ãöäú ÞóÈúáõ ãöäú äóÇÑö ÇáÓøóãõæãö

Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.

(Q.S. Al-Hijr 27)

æóÎóáóÞó ÇáúÌóÇäøó ãöäú ãóÇÑöÌò ãöäú äóÇÑò

dan Dia menciptakan jin dari nyala api

(Q.S. Ar-Rahman 15)

Jin diciptakan Allah I untuk beribadah kepadanya, hal ini dapat kita lihat dalam firman Allah I sebagai berikut :

æóãóÇ ÎóáóÞúÊõ ÇáúÌöäøó æóÇúáÅöäúÓó ÅöáÇøó áöíóÚúÈõÏõæäö

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku

(Q.S. Adz-Dzaariyaat : 56)

2. Jin terbagi dua golongan

Setelah turunnya Al-Qur’an, bangsa Jin pun harus mengikuti petunjuk Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah tuntunan ibadah bagi makhluk Jin dan Manusia sesuai dengan surat Adz-Dzaariyaat ayat 56. Penjelasan tentang Islamnya Jin dapat kita lihat dalam firman Allah I sebagai berikut :

æóÅöÐú ÕóÑóÝúäóÇ Åöáóíúßó äóÝóÑðÇ ãöäó ÇáúÌöäøö íóÓúÊóãöÚõæäó ÇáúÞõÑúÁóÇäó ÝóáóãøóÇ ÍóÖóÑõæåõ ÞóÇáõæÇ ÃóäúÕöÊõæÇ ÝóáóãøóÇ ÞõÖöíó æóáøóæúÇ Åöáóì Þóæúãöåöãú ãõäúÐöÑöíäó.

ÞóÇáõæÇ íóÇÞóæúãóäóÇ ÅöäøóÇ ÓóãöÚúäóÇ ßöÊóÇÈðÇ ÃõäúÒöáó ãöäú ÈóÚúÏö ãõæÓóì ãõÕóÏøöÞðÇ áöãóÇ Èóíúäó íóÏóíúåö íóåúÏöí Åöáóì ÇáúÍóÞøö æóÅöáóì ØóÑöíÞò ãõÓúÊóÞöíãò.

íóÇÞóæúãóäóÇ ÃóÌöíÈõæÇ ÏóÇÚöíó Çááåö æóÁóÇãöäõæÇ Èöåö íóÛúÝöÑú áóßõãú ãöäú ÐõäõæÈößõãú æóíõÌöÑúßõãú ãöäú ÚóÐóÇÈò Ãóáöíãò.

æóãóäú áÇóíõÌöÈú ÏóÇÚöíó Çááåö ÝóáóíúÓó ÈöãõÚúÌöÒò Ýöí ÇúáÃóÑúÖö æóáóíúÓó áóåõ ãöäú Ïõæäöåö ÃóæáöíóÇÁõ ÃõæáóÆößó Ýöí ÖóáÇóáò ãõÈöíäò.

“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengar-kannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.

Mereka berkata : "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.

Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.

Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata".

(Q.S. Al-Ahqaaf : 29-32)

Þõáú ÃõæÍöíó Åöáóíøó Ãóäøóåõ ÇÓúÊóãóÚó äóÝóÑñ ãöäó ÇáúÌöäøö ÝóÞóÇáõæÇ ÅöäøóÇ ÓóãöÚúäóÇ ÞõÑúÁóÇäðÇ ÚóÌóÈðÇ.

íóåúÏöí Åöáóì ÇáÑøõÔúÏö ÝóÂãóäøóÇ Èöåö æóáóäú äõÔúÑößó ÈöÑóÈøöäóÇ ÃóÍóÏðÇ.

æóÃóäøóåõ ÊóÚóÇáóì ÌóÏøõ ÑóÈøöäóÇ ãóÇ ÇÊøóÎóÐó ÕóÇÍöÈóÉð æóáÇó æóáóÏðÇ.

æóÃóäøóåõ ßóÇäó íóÞõæáõ ÓóÝöíåõäóÇ Úóáóì Çááåö ÔóØóØðÇ.

Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasannya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur'an), lalu mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur'an yang menakjubkan.

(yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami.

Dan bahwasannya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak.

Dan bahwasannya: orang yang kurang akal daripada kami dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah”.

(Q.S. Al-Jin : 1-4).

Dari ayat tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa Jin terbagi menjadi dua golongan yaitu yang Taat dan yang membangkang. Golongan yang membangkang bersekutu dengan golongan Jin yang dilaknat oleh Allah I yang disebut Syaitan.

3. Jin hidup dan mati

Seperti halnya manusia, Jin pun perlu makan dan minum, dengan kata lain Jin pun perlu mencari rezeki untuk kebutuhan hidupnya, kita lihat dalil yang mendukung pendapat ini.

æóÃóäú áóæö ÇÓúÊóÞóÇãõæÇ Úóáóì ÇáØøóÑöíÞóÉö áóÃóÓúÞóíúäóÇåõãú ãóÇÁð ÛóÏóÞðÇ

Dan bahwasannya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).

(Q.S. Al-Jin : 16)

Hal ini didukung oleh hadits Rasulullah e yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah e pernah kedatangan segolongan Jin, maka Rasulullah e mendo’akan mereka jika mereka menemukan tulang dan kulit, mereka dapatkan rezeki makanan di sana.

Karena Jin makan dan minum, maka tentulah Jin mempunyai jasad, hanya saja jasadnya tidak sama dengan manusia, Jin dapat masuk ke tempat yang kecil, ia dapat menembus pagar batu melalui lobang-lobang kecil pada batu itu, Jin pandai menjelma dan pandai terbang.

Jin pun mati seperti halnya manusia, ini disebabkan karena ia makan dan minum, kecuali golongan yang dikutuk oleh Allah I.

Jin mempunyai tempat tinggal, Jin-Jin Islam kebanyakan menempati tempat yang tinggi dan bersih, sedangkan Jin kafir biasa menempati lembah-lembah. Kebiasaan Jin itu keluar pada malam hari, pada saat-saat yang sunyi, pada tempat-tempat yang rimbun dan gelap.

4. Jin bukan di alam ghaib dan tidak mengetahui masalah ghaib

Antara alam manusia dan alam jin terhalang oleh hijab, maka jika jin menerobos hijab itu lalu memasuki alam manusia, maka jin akan berubah wujud sesuai dengan keinginannya, karena jin diberi kemampuan oleh Allah I untuk mengubah wujud menurut yang diinginkannya (secara logis unsur pembentuknya nyala api).

Jin tidak mengetahui masalah yang ghaib karena mereka bukan di alam ghaib, lihat firman Allah I sebagai berikut :

ÝóáóãøóÇ ÞóÖóíúäóÇ Úóáóíúåö ÇáúãóæúÊó ãóÇ Ïóáøóåõãú Úóáóì ãóæúÊöåö ÅöáÇøó ÏóÇÈøóÉõ ÇúáÃóÑúÖö ÊóÃúßõáõ ãöäúÓóÃóÊóåõ ÝóáóãøóÇ ÎóÑøó ÊóÈóíøóäóÊö ÇáúÌöäøõ Ãóäú áóæú ßóÇäõæÇ íóÚúáóãõæäó ÇáúÛóíúÈó ãóÇ áóÈöËõæÇ Ýöí ÇáúÚóÐóÇÈö Çáúãõåöíäö.

Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan

(Q.S. Saba : 14)

æóÃóäøóÇ áÇó äóÏúÑöí ÃóÔóÑøñ ÃõÑöíÏó Èöãóäú Ýöí ÇúáÃóÑúÖö Ãóãú ÃóÑóÇÏó Èöåöãú ÑóÈøõåõãú ÑóÔóÏðÇ.

Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.

(Q.S. Al-Jin : 10)

5. Apakah Jin berakal / berilmu pengetahuan

Jawaban dari pertanyaan di atas adalah “ya”, ini dapat kita lihat dalam surat Adz-Dzaariyat : 56, dalam ayat ini Allah I perintah kepada jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Konsekuensi logis dari ayat tersebut yaitu jin diberi kemampuan untuk mengerti aturan main Allah I, dengan kata lain jin diberi akal oleh Allah I.

Ayat lain yang mendukung pada surat Al-Jin ayat 1-4 tersebut di atas, ketika jin mendengar ayat Al-Qur’an dan kemudian jin tersebut membuat suatu kesimpulan dari apa yang didengarkannya, dan lebih menyakinkan lagi bila kita lihat pada surat Ar-Rahman ayat 33 yang berbunyi :

íóÇãóÚúÔóÑó ÇáúÌöäøö æóÇúáÅöäúÓö Åöäö ÇÓúÊóØóÚúÊõãú Ãóäú ÊóäúÝõÐõæÇ ãöäú ÃóÞúØóÇÑöÇáÓøóãóæóÇÊö æóÇúáÃóÑúÖö ÝóÇäúÝõÐõæÇ áÇóÊóäúÝõÐõæäó ÅöáÇøó ÈöÓõáúØóÇäò.

Hai jama`ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.

(Q.S. Ar-Rahman : 33)

Dari keterangan di atas jelas dapat disimpulkan bahwa jin merupakan makhluk yang diberi akal oleh Allah I.

6. Jin yang taat digoda oleh Syaitan

Seperti yang telah diterangkan di atas, jin terbagi menjadi dua golongan yang taat (Islam) dan golongan yang tidak taat (membangkang). Golongan yang taat akan mendapat godaan dari syaitan agar menyimpang dari kebenaran. Hal ini logis sekali karena golongan yang taat mengikuti aturan main dari Allah I, sedangkan syaitan tidak menghendakinya. Untuk mendukung pendapat ini kita lihat surat Al-An’aam sebagai berikut :

æóßóÐóáößó ÌóÚóáúäóÇ áößõáøö äóÈöíøò ÚóÏõæøðÇ ÔóíóÇØöíäó ÇúáÅöäúÓö æóÇáúÌöäøö íõæÍöí ÈóÚúÖõåõãú Åöáóì ÈóÚúÖò ÒõÎúÑõÝó ÇáúÞóæúáö ÛõÑõæÑðÇ æóáóæú ÔóÇÁó ÑóÈøõßó ãóÇ ÝóÚóáõæåõ ÝóÐóÑúåõãú æóãóÇ íóÝúÊóÑõæäó.

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

(Q.S. Al-An’aam : 112)

Dalam tafsir Ibnu Katsir diterangkan bahwa Assuddi meriwayatkan dari Ikrimah, berkata : Syaitan manusia menyesatkan dan mempengaruhi manusia, sedang jin menyesatkan dan mempengaruhi jin, kemudian jika bertemu keduanya lalu memberi tahu, aku telah menyesatkan golonganku dengan cara ini, maka cobalah untuk mempengaruhi golonganmu. Ibnu Abbas juga meriwayatkan serupa dengan keterangan itu.

Seperti halnya manusia, jin yang tidak taat kadang kala dengan bantuan syaitan (yang tidak tampak) mempengaruhi jin dan manusia yang taat untuk menyimpang dari aturan main Allah I.

7. Golongan Jin yang dikutuk (Syaitan)

Dalam surat Al-Hijr ayat 27 dikatakan bahwa jin diciptakan oleh Allah I lebih dahulu daripada manusia, ini memungkinkan jin berkembang biak. Dalam tafsir Ibnu Katsir dikatakan jin yang pertama sekali diciptakan bernama Marij dan ia berjodoh, salah satu keturunan Marij bernama Hariq yang dikatakan telah beribadah selama dua ratus tahun lamanya. Tetapi karena Hariq tidak mau taat pada perintah Allah I pada saat dijadikan Adam, maka Allah I berikan gelar Iblis. Ini dapat kita lihat dalam surat Al-Kahfi sebagai berikut :

æóÅöÐú ÞõáúäóÇ áöáúãóáÇóÆößóÉö ÇÓúÌõÏõæÇ áöÂÏóãó ÝóÓóÌóÏõæÇ ÅöáÇøó ÅöÈúáöíÓó ßóÇäó ãöäó ÇáúÌöäøö ÝóÝóÓóÞó Úóäú ÃóãúÑö ÑóÈøöåö ÃóÝóÊóÊøóÎöÐõæäóåõ æóÐõÑøöíøóÊóåõ ÃóæúáöíóÇÁó ãöäú Ïõæäöí æóåõãú áóßõãú ÚóÏõæøñ ÈöÆúÓó áöáÙøóÇáöãöíäó ÈóÏóáÇð.

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim

(Q.S. Al-Kahfi : 50)

Setiap turunan dari Hariq dinamakan syaitan. Gelar ini diberikan ketika dia mulai menggoda manusia dan jin yang taat, kita harus berhati-hati karena mereka berjanji akan menyesatkan kita, karena bapak kita Adam yang menurut Syaitan menyebabkan bapak mereka Iblis (Hariq) keluar dari sorga dan menjadi makhluk yang dikutuk. Lihat firman Allah I sebagai berikut :

ÞóÇáó ÝóÈöÚöÒøóÊößó áóÃõÛúæöíóäøóåõãú ÃóÌúãóÚöíäó.

Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya’”

(Q.S. Shaad : 82)

Ëõãøó áóÂÊöíóäøóåõãú ãöäú Èóíúäö ÃóíúÏöíåöãú æóãöäú ÎóáúÝöåöãú æóÚóäú ÃóíúãóÇäöåöãú æóÚóäú ÔóãóÇÆöáöåöãú æóáÇó ÊóÌöÏõ ÃóßúËóÑóåõãú ÔóÇßöÑöíäó.

Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at)

(Q.S. Al-A’raaf : 17)

Karena ikrar dari syaitan tersebut di atas, kita sebagai manusia beriman hendaklah berhati-hati jangan sampai kita tanpa kita sadari disesatkan oleh mereka. Karena mereka melihat kelemahan-kelemahan kita dari suatu tempat yang tidak kita lihat, sebelum ia masuk ke dimensi kita.

íóÇÈóäöí ÁóÇÏóãó áÇóíóÝúÊöäóäøóßõãõ ÇáÔøóíúØóÇäõ ßóãóÇ ÃóÎúÑóÌó ÃóÈóæóíúßõãú ãöäó ÇáúÌóäøóÉö íóäúÒöÚõ ÚóäúåõãóÇ áöÈóÇÓóåõãóÇ áöíõÑöíóåõãóÇ ÓóæúÂÊöåöãóÇ Åöäøóåõ íóÑóÇßõãú åõæó æóÞóÈöíáõåõ ãöäú ÍóíúËõ áÇóÊóÑóæúäóåõãú ÅöäøóÇ ÌóÚóáúäóÇ ÇáÔøóíóÇØöíäó ÃóæúáöíóÇÁó áöáøóÐöíäó áÇóíõÄúãöäõæäó.

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya `auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman

(Q.S. Al-A’raaf : 27)

ãóÇ ãöäúßõãú ãöäú ÃóÍóÏò ÅöáÇøó æõßøöáó Èöåö ÞóÑöíúÜäõåõ ãöäó ÇáúÌöäøö æóÞóÑöíúäõåõ ãöäó ÇáúãóáÇóÆößóÉö¡ ÞóÇáõæúÇ : æóÅöíøóÇßó íóÇÑóÓõæúáó Çááåö¡ ÞóÇáó: æóÅöíøóÇíó æóáóßöäøó Çááåó ÃóÚóÇäóäöíú ÚóáóíúÜåö ÝóÃóÓúáóãó ÝóáÇó íóÃúãõÑõæúäöíú ÅöáÇøó ÈöÎóíúÑò.

“Tiada seorang pun dari kamu, pasti didampingi oleh seorang dari bangsa jin dan didampingi oleh seorang dari bangsa malaikat, serempak salah seorang shahabat bertanya : Apakah tuan juga demikian ya Rasulullah ? Rasulullah menjawab : Ya, hanya Allah anugerahkan pertolongan padaku untuk menundukkannya sehingga menyerahlah ia dan tiada mengajak kepadaku kecuali perkara yang baik”

(HR. Muslim)

æóßóÐóáößó ÌóÚóáúäóÇ áößõáøö äóÈöíøò ÚóÏõæøðÇ ÔóíóÇØöíäó ÇúáÅöäúÓö æóÇáúÌöäøö íõæÍöí ÈóÚúÖõåõãú Åöáóì ÈóÚúÖò ÒõÎúÑõÝó ÇáúÞóæúáö ÛõÑõæÑðÇ æóáóæú ÔóÇÁó ÑóÈøõßó ãóÇ ÝóÚóáõæåõ ÝóÐóÑúåõãú æóãóÇ íóÝúÊóÑõæäó.

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

(Q.S. Al-An’aam : 112)

Jika ada seseorang yang mengatakan ia dapat memanggil dan berkomunikasi dengan arwah orang yang telah meninggal, ketahuilah bahwa orang tersebut berdusta dan yang datang bukan arwah, melainkan syaitan bangsa jin yang telah menemani orang yang dipanggil tersebut ketika hidupnya, secara logis jelas ia mengetahui sesuatu yang berkaitan dengan orang tersebut, mulai dari suara, hobi, makanan dan sebagainya. Dengan percayanya kita bahwa kita dapat berkomunikasi dan dapat nasehat dari jin yang kita kira arwah yang dipanggil musyriklah kita.

Dalam kasus tersebut di atas syaitan yang mendampingi tidak mati karena telah diberi keringanan umur yang panjang sampai hari kiamat.

B. Bentuk Bantuan Jin

Sebagai seorang muslim kita hendaknya dapat berhati-hati dalam suatu perkara, jangan sampai suatu perkara itu dapat menjerumuskan kita dalam kemusyrikan yang tidak kita ketahui. Firman Allah I mengingatkan kita supaya tidak terjerumus oleh kemusyrikan yang disebabkan oleh godaan syaitan dari golongan jin.

æóÃóäøóåõ ßóÇäó ÑöÌóÇáñ ãöäó ÇúáÅöäúÓö íóÚõæÐõæäó ÈöÑöÌóÇáò ãöäó ÇáúÌöäøö ÝóÒóÇÏõæåõãú ÑóåóÞðÇ.

Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan

(Q.S. Al-Jin : 6)

Permintaan manusia pada jin itu kebanyakan dalam perkara ghaib seperti ilmu kedigjayaan, ilmu sihir dalam pertunjukkan, ilmu sihir tenung, ilmu wafaq, ilmu pelet, ilmu pengobatan dan sejenisnya. Dalam ilmu yang disebutkan di atas jelas manusia mengundang jin, tetapi kadang kala syaitan jin itu tiada diundang dia akan datang sendiri.

Kita lihat contoh di bawah ini ketika jin berusaha menyesatkan manusia tanpa diminta, contoh ini diambil dalam kitab tentang jin atau Al-Jin, sebagai berikut :

1. Jin datang tanpa diundang

Kisah pertama, seorang perempuan namanya Sarah Jamel, ia seorang anak yang ditinggal mati oleh ibunya dan ayahnya kawin lagi dengan wanita yang jahat. Ibu tirinya sering menyiksanya sehingga Sarah Jamel melarikan diri ke padang rumput dekat sebuah gua yang besar. Maka tatkala ia sampai di mulut gua itu, dia melihat ada seorang yang menyerupai ibunya, lalu berkata : ‘Hai Sarah masuklah’, lalu jin yang menyerupai ibunya memberikan sebuah batu putih, kemudian jin itupun lenyaplah, dan Sarah kemudian ditemukan oleh kabilah pembawa sutera dan diajaklah Sarah ke negeri utara yang jauh. Kemudian tersebarlah berita bahwa Sarah dapat mengobati segala penyakit dengan meletakkan batu putihnya pada bagian tubuh yang sakit. Sehingga musyriklah sebagian umat karena mereka menganggap ada kekuatan ghaib pada batu itu dan dipujalah batu itu.

Kisah kedua, Seorang laki-laki yang pernah terkena kusta hidup menyendiri pada sebuah tempat yang subur di tengah sahara. Pada suatu malam datanglah seorang tua yang berbulu lebat dan memberinya daging ular dan lambat laun ia sembuh dari penyakitnya itu, lalu laki-laki miskin tersebut disuruhnya membaca bacaan tertentu yang isinya memuji kekuatan pedang Zulfiqar setiap hari, lalu sepekan kemudian orang tua yang berbulu lebat datang kembali sambil membawa sebuah batu aqik berkilauan, sambil berkata : Usapkanlah dan bacalah dalam hati : ‘Tiada kekuatan kecuali pada Ali dan sebaik-baik kekuatan hikmah adalah pedang Zulfiqar sebanyak tiga kali. Maka ia menuruti nasehat orang tua tadi. Kemudian ia cobakan kepada orang yang berpenyakit kusta dan diberinya daging ular lalu sembuhlah. Lalu ia mendatangi pula seorang perempuan yang hampir terkena penyakit kusta, kemudian diobatinya dengan menggunakan batu tersebut sehingga ditakdirkan sembuh. Akhirnya ia menjadi kaya, tetapi banyaklah orang yang tersesat karena menganggap ada kekuatan ghaib pada batu tersebut.

Jin dapat menyesatkan manusia dengan mengubah bentuknya sesuai dengan kepercayaan suatu daerah terhadap tahayul, seperti harimau jadi-jadian, babi ngepet, penunggang kuda tak berkepala, dan sebagainya.

2. Jin datang dengan diundang

Seorang datang berobat kepada seorang dukun, kemudian dukun seolah-olah kemasukkan roh dan dituturkannya cara-cara untuk mengobati penyakitnya. Maka si pesakit pun mempercayainya dan musyriklah ia karena yang ia percayai adalah jin yang menjelma menjadi roh seseorang.

Seorang datang untuk melihat nasibnya di masa depan kepada seorang dukun. Kemudian dukun pun meramal nasibnya dengan bantuan bisikan-bisikan jin, maka ia percaya pada dukun, musyriklah ia.

Ada dukun yang membuat azimat-azimat penangkal bahaya, ada yang mempercayai ramalan burung, ada dengan memukul-mukul pasir (Ath-Tharqu), ada dengan nujum melihat bintang-bintang, maka peredaran bintang dihubungkan dengan nasib seseorang dan lain-lain.

C. Sihir

1. Bentuk dan cara sihir

Sihir banyak sekali macam dan bentuknya, di antaranya adalah : Tenung, Nujum, Sihir Pekasih, Sihir Penangkal, Sihir Pelaut, Sihir untuk menceraikan dua pasangan, Sihir kebal, Debus, Sihir pengobatan, Sihir tawar bisa semacam bisa ular, Sihir harimau di China dan Hindustan, dan lain-lain yang kurang terkenal.

Sihir itu dusta, seumpama ada benda mati yang disuruh seorang penyihir untuk bergerak, lalu benda itupun bergerak. Maka sesungguhnya ada jin yang menggerakkan benda tersebut, karena seorang tukang sihir ada ikatan dengan syaitan dalam perjanjian yang kuat dan syaitan pun ada permintaan yang berat terhadap tukang sihir sebagai imbalannya.

Bahwasannya sihir itu berupa tipu daya syaitan dan tiada mungkin dapat diperoleh seseorang melainkan harus ditebus dengan segala kemusyrikan dan kekafiran. Kemusyrikan yang terang dan kemusyrikan yang tersembunyi sering dilakukan oleh ahli-ahli debus dari kalangan Syi’ah, mereka meneriakkan ucapan-ucapan : “Ya Ali, ya Hassan, Ya Husain, Hadlir” dan sebagainya. Maka seorang membaca mantera dengan khusuk bersembunyi di balik tirai putih, maka penari debus itupun jadilah dan ia tusuk menusuk dengan paku debusnya, mengerat lidah, membakar diri, memenggal kepala dan sejenisnya, maka semuanya itu hanya tipuan syaitan yang terjadi bukan karomah yang mereka peroleh.

Seorang ahli sihir membawa seorang anak perempuan, kemudian ia menjajakan dagangannya itu, untuk memikat hati ia pertunjukkan sihirnya itu dengan menyembelih anak perempuan tersebut di ujung pasar, dibaringkannya anak perempuan tersebut, lalu semua pakaiannya dilepaskan, kemudian anak tersebut disembelih sehingga darah pun memancar, dan ia baringkan anak perempuan tersebut sampai darah menjadi membeku. Orang yang bertenaga daht yang tinggi dapat melihat bahwa yang disembelih bukanlah anak perempuan tersebut melainkan seekor kambing.

Seorang fakir di Kambay memperlihatkan kesaktiannya dengan menelan bukit, sebilah parang, empat buah bejana tembaga, sebuah kereta kuda, orang-orang pun bersorak kagum atas kehebatannya. Tetapi orang yang bertenaga Daht yang tinggi akan melihat bahwa si fakir sedang tertelungkup dan dagunya bersandarkan batu. Karena orang yang bertenaga daht yang tinggi serta keimanan yang kuat tidak tertipu oleh sihir.

Sihir Kathay ada pula terkenal dengan sihir tali tegak seumpama tiang lalu dipanjati oleh seorang anak sampai hilang di udara lalu penyihir melemparkan pedang tajam lalu berjatuhlah bagian-bagian tubuh anak itu dari angkasa. Semuanya itu bagi orang yang bertenaga daht tinggi adalah dusta.

Seorang dukun terkadang melakukan Sihir pengobatan, pada saat itu juga si pesakit dapat disembuhkan, tetapi ketika telah sampai di rumah sakitnya akan kembali lagi. Apa artinya pengobatan seperti itu.

Sihir pada masa dahulu terkenal seperti sihir tali, kuda, singa, sehingga seseorang dapat berprilaku seperti singa, sihir terbang dan sebagainya. Sihir ini berasal dari Mesir dan berkembang pada golongan bangsa Yunani dan Rum.

2. Sihir terselubung dari ahli bid’ah

Firman Allah I :

æóáÇóÊóáúÈöÓõæÇ ÇáúÍóÞøó ÈöÇáúÈóÇØöáö æóÊóßúÊõãõæÇ ÇáúÍóÞøó æóÃóäúÊõãú ÊóÚúáóãõæäó

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui

(Q.S. Al Baqarah : 42)

æóÞõáú ÌóÇÁó ÇáúÍóÞøõ æóÒóåóÞó ÇáúÈóÇØöáõ Åöäøó ÇáúÈóÇØöáó ßóÇäó ÒóåõæÞðÇ

Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap

(Q.S. Al Israa’ : 81)

æóãóÇ ÁóÇÊóÇßõãõ ÇáÑøóÓõæáõ ÝóÎõÐõæåõ æóãóÇ äóåóÇßõãú Úóäúåõ ÝóÇäúÊóåõæÇ

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah

(Q.S. Al Hasyr : 7)

Sabda Rasulullah e :

ßõáøõ ÈöÏúÚóÉò ÙóáÇóáóÉñ æóßõáøõ ÙóáÇóáóÉò Ýöí ÇáäøóÇÑö

“Segala bid’ah (tambahan-tambahan yang dibuat) itu sesat, dan semua yang sesat itu di neraka”

(H.R. Muslim)

Ahli sihir ada dari golongan Sufi tetapi dengan corak lain dan berbau Islam, mereka mempergunakan tenaga luar itu dengan membawa ayat-ayat Al-Qur’an, diserunya syaikh-syaikh yang sudah terkubur, dibuatnya pekasih, penangkal, kekebalan dan sejenisnya.

Ahli sihir dari golongan sufi hanya mengganti bacaan dari fakir Hindu dengan bacaan yang berbau Islami yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah e tentang penggunaannya, maka sabda Rasulullah e :

ãóäú ÊóÔóÈøóåó ÈöÞóæúãò Ýóåõæó ãöäúåõãú

“Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk kaum yang ia tiru.

(H.R. Abu Daud)

Contoh sihir yang dilakukan oleh ahli Sufi, seorang alim di anak benua Hindi bersantri banyak setelah selesai ilmu Islam dikaji beralihlah pada kajian dzikir nafas, karena penyatuan gerakan nafas dan olah serabut otot terdalam tidak seimbang maka timbullah daya tarik menarik dan dibumbuhilah gerakannya dengan bacaan Asma’ul Husna berselang Shalawat Nabi, menurut mereka keanehan yang terjadi itu karomah beralih yang dialap dari seorang syaikh semacam syaikh Gazni, Malawi, Benggali dan sebagainya.

Dengan latihan dzikir nafas menurut mereka dapat mengobati orang yang sakit, mengusir kerasukan jin, menangkap jin dan sebagainya. Tertipulah mereka dikira karomah yang datang tetapi syaitan dari bangsa jin yang datang.

Seorang alim di Malwa pernah mendatangkan anggur dari Makkah karena istrinya mengidam, hanya berpejam mata anggur tersebut telah datang. Kalau kita lihat dari sifat jin mudah baginya untuk menyihir sesuatu bentuk untuk menjadi anggur, tertipulah si Alim dianggapnya karomah yang datang tetapi syaitanlah yang menipunya.

Seorang alim di Malwa pernah bersafar, dan di dalam bersafarnya itu ia melihat seorang anak jatuh dari tebing, kemudian ia arahkan tongkatnya dengan membaca Hijib Zekif, maka anak gembala itu jatuh seumpama daun kering. Bukan karomah yang diperoleh si alim tetapi bantuan syaitan yang diperoleh, karena mana mungkin karomah dapat diperoleh dari ahli bid’ah.

D. Dzikir Nafas

Jika banyak bergerak dan mengatur pernafasan manusia akan menjadi sehat dan lambat menjadi tua, tetapi harus pula mengenal batas-batas, karena jika over akan berbahaya juga. Orang-orang Yunani yang semula mengkaji gerak pernafasan Mesir, telah menggali cara pernafasan bahu, yakni bahu itu ditarik ke atas berkali-kali, lalu mengembang kempiskan perut sambil perut berputar goyang seumpama penari istana Fir’aun itu, lalu tegak, lalu runduk bungkuk rukuk, lalu rentang dada berkali-kali, maka beberapa penyakit dapat terhindar seumpama penyakit sesak dan penyakit perut.

Digerakkannya seluruh tubuh dengan gerakan seumpama tarian dan nafas pun diaturlah, kepala bergoyang dan tangan kaki membentuk rangkaian gerak cerita, maka cara ini berasal dari bangsa yang tertua yang menduduki lembah Furat dan Dajlah, lalu tersebar ke Mesir, Hindi Purba, Persia, Babil lalu sebagian cara ini masuk ke Yunani dan Rum.

Olah pernafasan di Mesir dan Arab Purba itu hanya terbatas pada kaum bangsawan, lalu di Yunani dan Hindi tersebar oleh kaum pendeta, di Persia pun terbatas adanya sehingga banyak orang yang tidak mengetahuinya, karena pada masa itu orang pandai kikir akan ilmu.

Tempat berlatih olah tubuh pun khusus, berupa bulatan yang luas, orang mesir menyebutnya pernafasan kuda, orang Yunani berolah tubuh sesuai dengan agamanya seperti pesta sukan empat tahun, yakni sekali empat tahun untuk menghormati berhala mereka Zeus di gunung Olimpus.

Orang Hindu dan China kenal akan Yoga, Yoga semula berasal dari cara ibadat kepada berhala dengan duduk, berbaring, melipat tubuh dan sejenisnya, nafas teratur, lalu mata terpusat akan sebuah benda, maka ada yang diam dan ada yang membaca sesuatu. Yoga terkenal pada agama asli orang Hindu dan Budha. Orang China mengenal cara ini bermula dari Hindu Utara.

Yoga Patanjal lahir dari aliran Yoga lama, didirikan Patanjal lebih kurang 400 M, Yoga berhati hubungan. Yoga adalah jalan untuk menghubungkan diri pada yang ada dengan hakekat nafas untuk memasuki Moksa, melatih diri jasmani dan rohani dengan mengurangi makan, minum dan tidur, itulah tapas namanya. Batasilah segala kesenangan, kelezatan dan biasakanlah menyiksa diri, berdiri berjam-jam tengah hari dekat api unggun, tidur telanjang bulat pada malam hari di musim dingin, segala harus dilawan dengan mengolah pernafasan, maka jika semuanya itu telah tercapai terbukalah segala yang tidak mungkin tercapai. Pada latihan kedua melalui tiga tingkatan Brata :

1. Dharana, pemusatan pikiran dan perasaan pada Yantra, sehingga seolah-olah tiada benda kecuali Yantra itu.

2. Dhyana keadaan jiwa yang tiada putus, bertaut dengan Yantra sehingga bersatulah sudah.

3. Samadhi, jiwanya lebur bersatu dalam Yantra, maka teratasilah segala sifat kemanusiaan itu.

Yantra adalah benda pemusatan yang merupakan akan jalan pemusatan diri pada Brahman, jika tercapailah Atman dan Brahman, maka akan terbuka delapan tirai kesaktian :

1. Pandai menghilang

2. Meringankan tubuh sehingga ia bisa tidur nyenyak di atas paku

3. Agung

4. Dapat melakukan apapun yang ia kehendaki

5. Menyingkap kegaiban

6. Selalu mengepalai makhluk

7. Mengetahui segala rahasia

8. Mendekatkan jarak yang jauh

Sifat Brahman menurut Yoga Patanjal : Azali, Esa, Tak berkehendak pada makhluk, tak bertempat, Berfirman, Serba tahu, Maha suci, tetapi Atman itu tetap pecahan Mahatman, Tuhan sendiri.

Kepercayaan ini masuk ke dalam dongeng Sufi, dalam manakibnya yang aneh-aneh, seorang sufi konon setelah mencapai tingkat membuka tirai tujuh dengan dzikir nafasnya ia dapat berjum’at ke Mekkah dari Delhi dalam sekejap mata dan sebagainya.

Kaum Sufi mencampurkan kebiasaan olah nafas itu dalam pengucapan dzikir, ada dengan duduk lalu memutar kepala sambil mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’ berkali-kali, mereka mengambil ajaran Yoga dari asli Hindu dan Budha lalu dikawinkan dengan cara Nasrani Nasturiyah lalu diberinya baju Islam. Islam menolak ajaran seperti itu karena termasuk menambah syara, Bid’ah namanya. Jika hendak mengkaji pernafasan hendaklah di luar peribadatan Budha dan agama lainnya.

E. Saraf dan Daht

Menurut kitab At Tib Awaasin Al Kay oleh Ahmad Ibn Ruman diterangkan bahwa saraf dibagi menjadi tiga macam :

1. Saraf syirun pembawa perangsang dari luar.

2. Saraf fadl yaitu pembawa perintah dari pusat saraf ke urat-urat daging.

3. Saraf pembawa daht.

Di dalam saraf pembawa daht tersimpan berjuta-juta butir daht yang berputar-putar dan mempunyai daya tarik menarik.

Hal di atas sesuai menurut percobaan modern saat ini yang dilakukan oleh Hodgkin-Huxley bahwa antara dalam dan luar Axon terdapat perbedaan potensial diam, yang dapat dipengaruhi oleh cahaya, panas, dan listrik dan juga dapat dipengaruhi oleh ion-ion tertentu (misal ion Na+).

Dengan adanya medan listrik ini seperti kita ketahui bahwa ada sifat dualisme antara medan listrik dan medan magnet. Jadi dengan kata lain akibat potensial diam tadi dapat menimbulkan medan magnet. Medan magnet ini terpancar ke luar permukaan tubuh kita yang dikenal orang sebagai aura, aura ini dapat dipotret dengan mempergunakan foto kirlian.

Dari alasan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa memang manusia dan binatang (terutama binatang buas) mempunyai daht yang tersimpan, hanya saja ada yang mau menggunakan dan tidak, dan juga tidak bertentangan dengan sunnatullah.

F. Daht Buaian (Naht)

Daht buaian terjadi karena gerakan salah atau tidak tertib berurutan, walaupun timbul tetapi kurang berfaedah, sifatnya berdaya tarik menarik sejenis, seperti tampak pada gerakan-gerakan seni silat Kaifeng di China, di antaranya tujuh belas gerakan dimulai dengan tinju tahan bersama lemah, tahan nafas dengan kedua belah kuda-kuda tertentu, dalam seni silat Kaifeng tidak ada penyerangan dan penghindaran, tangkisan atau berganti langkah, langkahnya hanya bergesek searah (berselusur).

Daht buaian biasa ditampilkan dalam permainan, seperti pengisian dinding yang bermuka lebar seumpama lantai, muka dinding, udara dan langit-langit. Daht buaian diletakkan dengan jalan pandangan mata tajam terpusat sehingga daht tersalur pada kedua bola mata terpancar masuk, lalu melekat pada benda yang ditatapnya itu, atau mengisi dengan gerakan tangan sehingga keluar dari jari-jarinya daht tersebut, atau dengan suara, tiupan, curahan air dan versi-versi lainnya.

Daht buaian diragukan untuk dijadikan alat pembelaan diri karena gerakan itu lemah dan tidak beracun, orang yang terlempar tidak merasakan sakit, hanya berlaku bagi kawan atau lawan yang mengkaji permainan sejenis atau tengah marah.

Di Hindustan dan China terdapat beberapa macam permainan daht buaian seperti Tarayana dan Dahtayana. Diisinya lantai dan dinding batu dengan alur-alur daht buaian oleh sang guru sambil menari, maka sang penari segera memasukinya dengan tarian tahan nafas, lalu penari tersebut terlemparlah tetapi tiada merasakan sakit seperti daun terhembus angin. Guru memancarkan daht buaian dengan tenaganya sambil menari mengisi udara, kakinya pun memancarkan daht buaian mengisi lantai, apabila penari memasukinya dengan tarian nafas, maka timbullah pertentangan/pelekatan daht buaian yang tidak sejenis, akibatnya si penari pun tertarik pusaran daht buaian sang guru. Disebabkan karena daya tolak lebih rendah dari daya tarik itu, sehingga si penari pun roboh atau terlempar.

Beberapa aliran silat China mempergunakan permainan pengisian permainan daht buaian itu sebagai pelepas lelah setelah berlatih berat Shaolin. Daht buaian tiada mengenai sasarannya jika tidak didahului oleh lawan, karena daht buaian bekerja jika bersentuhan dengan daht buaian yang sejenis.

Permainan Teratai Putih hanya untuk mereka sendiri, dan jika kita tidak ikut berlatih, maka tidak akan mengena jika kita memasuki medan daht buaian tersebut. Apa artinya permainan seperti ini, dan akan sangat berbahaya jika kita benar-benar menghadapi pengkaji daht yang sesungguhnya. Ada kemungkinan pecah kepala kita kalau kita hanya mengandalkan daht buaian tersebut.

Seorang guru silat berpendapat bahwa permainan daht buaian berguna untuk kesehatan tubuh dan pengujian akan kebangkitan daht seorang murid. Tetapi jika kita teliti guru-guru pengkaji daht buaian tersebut rata-rata mengendap penyakit pernafasan.

Kitab Sin Kung dari seorang China Muslim pengkaji tarekat Sufi menceritakan kegunaan daht buaian tersebut, seperti menolak pencuri, menyuburkan tanaman, pengasih dan sebagainya, semuanya itu menggelengkan kepada pengkaji daht yang sesungguhnya, karena tidak termakan oleh akal dan menyesatkan.

Di Indonesia khususnya Jawa Barat, pada tahun 1920, Tjoa Nam Fu, China peranakan Semarang mengajarkan silat Kaifeng pembangkit manit krach, seorang muridnya bernama Mahmud dari Sarikat Islam, kelak Mahmud setelah mendapatkan jurus-jurus Kaifeng bergelar Nampon (dari kata Namfu). Nampon berkembang ke seluruh pulau Jawa, ada yang masuk ke dalam aliran kebatinan, di antaranya jurus-jurus Lontang dan Jero, ada yang berkembang pada kalangan Sosialis dan Komunis di antaranya silat Karahan dan sebagainya.

Di kalangan pesantren telah berkembang Jurus Istighasah dan Asrar yang serumpun dengan Nampon (dari Budha) yang sudah diganti dengan bacaan dzikir.

Jurus pernafasan berkembang pesat sejak tahun 1960, ada yang diberi baju Komunis, Kong Hu Cu, Hindu Dharma dan Islam. Sekarang yang berpangkal dari ajaran jurus Kaifeng itu di antaranya :

- Asrar

- Satria Nusantara

- Al-Hikmah

- Sinlamba

- Silat Buhun

- Nampon Cikareten

- Bandon

- Prana

- Istighosah

- Tri Rasa

- dan sebagainya (kurang lebih 164 aliran)

Silat Kaifeng tidak terlepas dari unsur agama, yaitu agama Budha, sedangkan agama Budha identik dengan Yoga. Sekarang jika kita kaji daht buaian menurut cara Yoga, berarti kita mengikuti satu segi ibadah dari mereka. Hal ini berarti mengikuti tata cara ibadah suatu kaum dan kita akan digolongkan sebagai kaum yang kita ikuti tata cara ibadatnya.

G. Daht Murni

Daht adalah tenaga tersembunyi dalam diri manusia dan hewan, ada yang bangkit bekerja dan ada yang seolah tidur, daht tidur pun dapat bangkit bekerja karena suatu sebab kejadian yang tiba-tiba sehingga mematikan fikir atau karena dilatih kerja dengan gerakan-gerakan tertentu yang teratur dan khusuk.

Daht yang bangkit itu ada terdapat pada tubuh hewan buas pemakan daging seumpama jenis-jenis kucing, harimau, singa, jenis-jenis musang, cerpelai dan sejenisnya, hewan buas laut seumpama ikan hiu, dan sejenisnya, burung buas seumpama Nazar, alap-alap, rajawali, elang dan sejenisnya.

Contoh :

1. Seumpama seekor tikus ada di pematang rumah dan tidak melihat seekor kucing yang mengintainya, ketika kucing itu memandang tikus, maka tikus pun jatuhlah, karena pada mata kucing terpancar daht.

2. Seekor harimau mengaum lalu pada suaranya itu terpancarlah daht dan jika terkena akan mangsanya itu menjadi layulah.

3. Seorang pemburu bertemu ular besar sebesar pohon kurma, maka pemburu itu menjadi bergerak ke arah mulut ular tersebut dengan tarikan daht yang kuat.

4. Seekor burung rajawali emas dari benua China melayang, lalu dilihatnya seekor anak kijang, maka menyambarlah burung itu, ajaiblah seolah-olah anak kijang itu tertarik oleh daya angkat ke arah cengkramannya itu karena daht rajawali terletak pada cengkramannya.

5. Seorang Badwi penghuni daerah panas gersang di padang sahara biasanya mempunyai daht mata yang kuat karena selalu melatih matanya melihat ufuk, maka jika matanya itu sudah kuat dan menatap orang yang sedang marah, maka dapat dijatuhkannya orang yang sedang marah tersebut dengan daht matanya.

1. Daht manusia yang tersimpan

Bahwasannya tenaga daht itu terbatas dan di mana ahli ilmu tidak keluar dari adat kebiasaan, tidak keluar dari sunatullah, hanya ada yang mau mempergunakan atau membiarkannya tersimpan.

Daht bukanlah tenaga ghaib tetapi tenaga yang sudah ada pada setiap orang dan hewan dan dapat dikaji oleh orang serta dapat dibuktikan keberadaannya. Daht itu tersimpan di dalam serabut saraf otot yang terdalam di bawah saraf-saraf perasa pada kulit, karena itu wajar bila tenaga daht dinamakan tenaga dalam. Saraf-saraf daht itu memancarkan daya tarik dan tolak, saraf-saraf daht terletak agak mendalam pada ulught yakni terselimut bagian tubuh lain, ada di setiap bagian tubuh lain dan berpencar pada tangan dan mata.

Maka dalam ulught itu terdapat berjuta-juta butir daht yang berputar dan mempunyai daya tarik menarik, bila terpancar ke luar tubuh tidak mungkin dapat kembali lagi, bagaikan ludah yang terbuang.

Daht dalam ulught itu merupakan benda yang berwujud karena perpaduan berbagai zat di antaranya makanan, maka daht pun mempunyai unsur tarik dan tolak, dua jenis daht dalam ulught bila bergesek impit akan menimbulkan daya panas yang terpancar ke luar tubuh.

Bila terjadi perubahan serabut ulught pada dada kiri dan perubahan itu karena berlatih diri, maka timbullah daya dingin yang bergerak tersalur pada tangan kiri, bila daya dingin ini dikaji terus akan mudah membuat salju dalam bejana dengan penyaluran tenaga daht dingin pada air. Apabila terjadi perubahan ulught pada dada kanan karena latihan tertentu terpancarlah tenaga panas yang dapat menghanguskan.

Tiap aliran gerakan itu menimbulkan gerakan yang berbeda, adakalanya dan itu tidak bekerja tetapi rusak karena gerakan salah atau pertentangan dua aliran daht. Beberapa aliran penimbul daht di antaranya :

a. Cara Yoga

b. Dahtayana

c. Gerakan khas Shaolin

d. Cara Gerakan Orlug

e. Gerakan Suyi

f. Gerakan Bayroiy

g. Payuk

Perbedaan dengan daht buaian, daht buaian hanya berlaku untuk orang yang mengkaji sejenis atau tengah marah (dalam batas marah) dan tidak beracun, diolah melalui bentuk-bentuk senam tanpa adanya jurus-jurus.

Daht asli dapat berlaku bagi siapa saja, tanpa perbedaan kajian, beracun dapat menghanguskan, mendinginkan, ringan melawan musuh, meringankan lompatan, menggetarkan musuh melalui suara dan sebagainya, dilatih dengan cara-cara berjurus dan aturan makanan.

2. Perkembangan ulught (serabut otot terdalam)

Dengan berolah jurus yang teratur dan tertib dapat menguatkan ulught, tubuh pun terlihat kuat berisi dan berjalan dengan tegap, tidak mudah terserang penyakit.

Perempuan dan laki-laki mempunyai perbedaan otot dan ulught yang berbeda, ulught perempuan sangat halus. Seorang perempuan bertingkah keras berolah serupa laki-laki dapat mengakibatkan rusaknya ulught dan berubahlah bentuk tubuhnya itu mendekati bentuk tubuh seorang laki-laki, buah dadanya akan berkerut menjadi kecil, otot lengan pun akan membesar mendekati otot seorang laki-laki penarik gerobak.

Alam laki-laki dan perempuan itu jauh berbeda, perempuan bertumpu pada perasaannya dan laki-laki bertumpu pada akalnya. Cara berpakaian pun dapat mempengaruhi perkembangan ulught, disebabkan keduanya sangat berhubungan.

Seorang laki-laki bertingkah seumpaman perempuan atau berpakaian seumpama perempuan akan terbawa tenggelam dalam alam perempuan dan begitupun seorang perempuan yang bertingkah dan berpakaian seperti laki-laki akan tenggelam dalam alam laki-laki. Hal ini diperingatkan oleh Rasulullah e sebagai berikut :

áóÚóäó ÑóÓõæúáõ Çááåö e ÇáúãõÊóÔóÈøöåöíúäó ãöäó ÇáÑøöÌóÇáö ÈöÇáäøöÓóÇÁö æóÇáúãõÊóÔóÈøöåóÇÊö ãöäó ÇáäøöÓóÇÁö ÈöÇáÑøöÌóÇáö.

Rasulullah e melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki

(HR. Bukhori)

áóÚóäó ÑóÓõæúáõ Çááåö e ÇáÑøóÌõáó íóáúÈóÓõ áõÈúÓóÉó ÇáúãóÑúÃóÉö æóÇáúãóÑúÃóÉó ÊóáúÈóÓõ áõÈúÓóÉó ÇáÑøóÌõáö.

Rasulullah e melaknat laki-laki yang berpakaian serupa pakaian perempuan dan perempuan yang berpakaian serupa pakaian laki-laki.

(HR. Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hiban dan Hakim)

Maka jika seorang perempuan akan berlatih pembelaan diri, hendaklah tidak berjurus serupa laki-laki dengan keras tetapi hendaklah halus sesuai dengan fitrahnya. Mulailah dengan senam-senam khas perempuan, atau senam-senam yang sesuai dengan bentuk tubuh perempuan tersebut.

3. Pertentangan daht yang berlainan

Kerusakan daht akibat belajar dua gerakan yang tidak serumpun serta keduanya mempergunakan cara pernafasan yang berbeda, seperti belajar jurus-jurus halus dengan pernafasan lain bersamaan dengan memperlajari gerakan kasar yang lain pula cara pernafasannya dalam hentakan kilat akan mengakibatkan pembentukan daht bertentangan kutub dalam saluran ulught.

Kerusakan pada saluran ulught tersebut, mula-mula impitan butir-butir daht yang bergesek itu menimbulkan bisul-bisul kecil yang berwarna kemerah-merahan yang menanti pecah. Maka jika didapatkan gejala pertentangan itu hendaklah menghentikan salah satu aliran, kerjakan aliran yang sejalan, maka bisul-bisul tersebut akan dapat dihilangkan. Tetapi bila kita tetap tidak mau menghentikan salah satu aliran, maka bisul tersebut akan makin bertambah besar dan pada akhirnya akan pecah dan penutup ulught pun akan mengalami kerusakan.

Kerusakan ulught dapat pula menyebabkan kerusakan urat serabut saraf sekitar ulught tersebut. Hal ini mengakibatkan makin derasnya aliran darah yang disebabkan menyempitnya saluran darah, dan jika ini terus berlanjut akan timbullah penyakit Fuzu namanya. Penyakit Fuzu sangat berbahaya termasuk jenis penyakit saraf yang dapat timbul pada kepala berbentuk bisul-bisul kecil ataupun timbul kilatan-kilatan atau kunang-kunang atau pelangi. Itulah akibat pergesekan daht yang berlawanan yang terpercik bagai kilatan api.

Apabila ulught itu pecah akan timbullah semacam borok saraf, dan bila ulught itu putus sukarlah sembarang tabib/dokter mengobatinya. Jika saraf penghubung otak dan biji mata yang putus, yakni saraf penglihatan mengakibatkan orang tersebut buta membuka (mata tetap terbuka walaupun tidak dapat melihat), jika ulught kaki yang pecah, maka sebelah kaki yang terkena akan mati sebelah, begitupun jika tempat-tempat lain yang terkena akan kerusakan ulught tersebut.

H. Hubungan antara Yoga dan Agama Hindu

Dalam kitab Weda Parikrama hal 171 dijelaskan tentang Pranayama dan hubungannya dengan Yoga, yang berbunyi sebagai berikut :

Menurut kepercayaan, bahwa Pranayama itu dimaksudkan sebagai suatu usaha untuk memperkuat kondisi fisik dalam menghadapi kekuatan-kekuatan bathin yang dapat mengganggu jalannya upacara.

Di dalam ilmu Yoga, Pranayama merupakan sistem untuk mengendalikan manah dan buddhi dalam rangka melakukan Yoga. Pranayama adalah sistem pengendalian nafas yang teratur yang dapat membantu memperkuat pre-disposisi badaniah dalam usaha memperkuat keadaan daya tahan badan dalam semua usaha kegiatan yang menghendaki kekuatan konsentrasi pikiran. Penahanan denyut nadi dan jantung, tahan akan panas dan dingin, imuun terhadap akibat chemika dan lain-lain jenis kemampuan, adalah merupakan beberapa hasil yang dapat diperlihatkan bagi seseorang yang dapat menguasai Pranayama dengan baik.

Seorang Yogi yang sempurna dapat mengatasi semua rintangan dan menundukkan semua penghalang dengan cara menguasai bio energi (prana) dengan sebaik-baiknya.

1. Cara pernafasan Yoga

Pranayama sebagai suatu sistem terdiri dari atas beberapa aturan pengaturan pernafasan sebagai berikut :

Mulai dari puraka, menghela nafas dengan perlahan-lahan, kemudian menahannya (kunbhaka) dan akhirnya melepaskannya dengan perlahan-lahan (recaka).

Di dalam kitab Yoga Sutra terdapat perhitungan 1, 4, dan 2, dalam pengaturan pernafasan itu. Kadang-kadang cara menghela nafas melalui salah satu lobang hidung dan mengeluarkannya kembali dari lobang hidung lainnya, menurut kebiasaan seseorang. Tujuan akhir dari cara pernafasan ini adalah untuk mencapai kesucian. (lihat Weda Parikrama karangan G. Pudja, M.A. 1971 hal. 171-173).

Jadi jika kita melakukan pernafasan yang seperti Yoga, maka kita telah meniru peribadatan orang lain, dan ini berarti kita telah menserikatkan Allah I. Semoga Allah I mengampuni kebodohan kita dan memberikan petunjuk kepada cara pernafasan yang benar (tidak bertentangan dengan aqidah kita) amiin.

2. Penghormatan (sikap tangan = Mudra) menurut Weda Parikrama

Dalam Weda Parikrama karangan G. Pudja, M.A, hal. 57 dinyatakan sebagai berikut :

Kedudukan Mudra dalam ilmu mistik mempunyai peranan yang sangat penting, sebagaimana halnya dengan kedudukan Cakra (gambar simbol) dan mantra-mantra. Mudra dan Cakra dihubungkan pula dengan kompas yang tiap-tiap arah mata angin mempunyai perwujudan sifat tertentu. Tiap arah dengan nama Mudra tersendiri dan tiap Mudra melambangkan aspek Dewata dengan arti tujuan tertentu.

Untuk mengkaji suatu cabang ilmu, khususnya dalam segi pembelaan diri hendaknya kita mengetahui secara persis dari mana datangnya ilmu tersebut. Apakah ada masalah agama yang terkait di dalamnya, baik dari segi penghormatan, lambang-lambang, cara pernafasannya, jika ada dan bertentangan dengan Islam hendaknya kita tinggalkan. Karena apalah artinya suatu ilmu yang hebat jika kita melanggar perintah Allah I dan Rasul-Nya, dan di akhirat nanti kita akan dituntut oleh Allah I karena kita tidak menggunakan hati kita, mata kita, telinga kita untuk tidak terjerumus dalam suatu perkara yang dilarang oleh Allah I dan Rasul-Nya.

Firman Allah I :

æóáÇóÊóÞúÝõ ãóÇ áóíúÓó áóßó Èöåö Úöáúãñ Åöäøó ÇáÓøóãúÚó æóÇáúÈóÕóÑó æóÇáúÝõÄóÇÏó ßõáøõ ÃõæáóÆößó ßóÇäó Úóäúåõ ãóÓúÆõæáÇð.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya

(Q.S. Al-Israa’ : 36)

Carilah latihan suatu beladiri yang tidak berhubungan dengan masalah agama baik dari segi ajaran, penghormatan, lambang, pernafasan dan sebagainya.

Kajilah pernafasan yang tidak berhubungan dengan Yoga, karena Yoga itu tata cara ibadat orang lain (bukan Islam).

Kajilah pernafasan-pernafasan binatang karena binatang itu tidak mempunyai agama, dan kita akan bebas dari permasalahan peniruan suatu agama.

Untuk menegakkan sesuatu yang hak haruslah dengan cara yang hak pula.




BAB 3

CATATAN PENTING

THIFAN PO KHAN ALIRAN TSUFUK

A. Pelatihan Beladiri yang Baik

Suatu pelatihan beladiri disebut baik jika sudah memenuhi kriteria berikut :

1. Teknik beladirinya memang baik

Yaitu tidak menyalahi kesehatan dan membuat orang yang berlatih mampu percaya diri dan mampu diuji teknik beladirinya.

Suatu teknik beladiri dianggap baik dan lengkap jika beladiri tersebut mampu melakukan teknik pertempuran (turgul) jarak dekat , sedang dan jauh.

- Teknik pertempuran Jarak dekat

berarti beladiri tersebut memiliki teknik-teknik patahan, kuncian, bantingan, teknik sikut, teknik lutut, teknik kepala dan teknik bergumul.

- Teknik pertempuran Jarak sedang

berarti beladiri tersebut memiliki teknik-teknik tendangan dan tipuan.

- Teknik pertempuran Jarak jauh

berarti beladiri tersebut harus mampu melakukan teknik lompatan yang memerlukan jarak.

2. Metode pelatihan beladirinya baik

Kapan suatu metode pelatihan beladiri disebut baik ? Jawabnya : jika metode beladiri tersebut mampu mencetak orang-orang yang mahir dalam beladiri, tanpa membuat orang yang berlatih beladiri mengalami cidera (bebas dari segi kesehatan) dan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

3. Waktu pelatihan yang tepat

Waktu pelatihan yang tepat yaitu seseorang tidak boleh memforsir pelatihannya ketika orang tersebut sedang mengalami kondisi fisik yang menurun. Maka untuk itulah setiap orang yang berlatih beladiri harus mampu menghitung siklus kesehatannya, (siklus kesehatan berlangsung 23 hari, siklus emosional berlangsung 28 hari dan siklus intelektual berlangsung 33 hari).

4. Instruktur yang profesional

Menurut penelitian 65 – 70 % faktor instruktur mempengaruhi baik tidaknya latihan seseorang, sedangkan bakat berpengaruh hanya 0 – 20 % saja.

B. Meningkatkan Stamina dalam Pelatihan Beladiri

Stamina seorang tamid bertambah baik jika ia mampu mengkombinasikan beberapa hal berikut dengan baik, yaitu :

1. Methodologi pelatihan yang baik

Dalam hal ini teknik beladiri yang dipelajari harus mampu membuat kesehatan seseorang dari hari ke hari bertambah baik bukan sebaliknya membuat stamina makin bertambah buruk bahkan terjadi cidera fisik.

2. Makan dan minum sesuai dengan standard gizi seorang tamid

Dalam hal ini seorang tamid harus mampu menghitung kebutuhan gizi yang dibutuhkan bagi dirinya. (Thifan Po Khan aliran Tsufuk telah mengajarkan tata cara menghitung gizi pada para pembimbing).

3. Faktor aktifitas

Jika aktifitas seseorang tidak sesuai dengan kemampuan fisiknya dan kebutuhan gizi untuk menunjang aktifitas tersebut, pastilah tubuhnya akan mengalami kelelahan dan pada akhirnya akan mengalami kerusakan. Untuk itu seorang tamid harus menjaga aktifitasnya agar tetap dalam kondisi yang prima.

4. Faktor psikis

Faktor psikis ini akan mempengaruhi tiga faktor tersebut di atas. Bayangkan jika anda sedang dilanda stress, maka apa yang akan terjadi ? Latihan menjadi malas, makan dan minum tidak teratur dan aktifitas akan terganggu. Untuk itu bina ruhiyah anda dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan bersandar pada hadits-hadits yang shohih.

C. Mengapa Tidak Ada Push-Up di dalam Thifan Po Khan Aliran Tsufuk ?

Mengapa tidak ada push-up di dalam Thifan ? Alasannya sebagai berikut : Otot manusia pada dasarnya dapat memanjang sekitar 130% dari asalnya atau dapat memendek sekitar 70% dari asalnya, jika kita melakukan push-up, maka kita akan memendekkan otot kita dan apa yang terjadi jika kita memendekkan otot kita dalam pandangan beladiri ?

1. Kita akan mudah lelah diakibatkan ketika panas otot harus berkontraksi (memuai) memerlukan energi yang besar akibat otot telah dipadatkan (dipendekkan).

2. Gerakan kita akan lambat karena diakibatkan otot tidak lentur sehingga mengikat gerakan-gerakan kita. Ingat !!! jika kita bermain senjata tajam diperlukan kecepatan, apabila kita lambat maka lawan akan menusukkan senjatanya terlebih dahulu ke badan kita.

3. Daya atau kekuatan pukulan tidak maksimal, untuk memahami ini kita bayangkan alat pelontar (ketapel), mana mungkin batu akan terlempar jauh jika karet pelemparnya pendek. Begitupun pukulan kita jika akan menghasilkan kekuatan pukulan yang hebat kita harus memanjangkan otot kita, bukan sebaliknya.

4. Permukaan kulit yang membungkus otot akan melebar, kita bisa melihat orang yang suka melakukan push-up otot lengan bertambah besar, hal ini disebabkan karena ototnya dipendekkan, yang membuat permukaan kulit bertambah lebar, yang pada akhirnya nanti di hari tua akan membuat masalah karena kulit yang telah melebar tidak akan kembali ke asal dan akhirnya akan terjadi lipatan-lipatan kulit.

D. Pelatihan Beladiri Harus Disesuaikan dengan Tingkat atau Kelompok Usia

Jika kondisi ini dilanggar, maka kita akan mendzolimi saudara kita, alasannya sebagai berikut :

1. Kelompok Umur 6 – 10 tahun

Pada usia ini, sendi anak-anak sedang elastis sekali, untuk itu tidak boleh diberikan latihan yang membuat sendi jadi tidak elastis. Contoh : anak-anak diberi beban dalam melakukan gerakan-gerakan.

2. Kelompok umur 8 – 11 tahun untuk perempuan dan 10 – 13 tahun untuk laki-laki

Pada usia ini, anak-anak lagi mengalami pertambahan berat yang cepat daripada tingginya, oleh karena itu pada usia ini anak-anak tidak boleh melakukan teknik-teknik bantingan karena akan menghambat pertumbuhannya.

3. Kelompok umur 11 – 13 tahun untuk perempuan dan 13 – 15 tahun untuk laki-laki

Pada kelompok umur ini otot dan tendon lebih lambat pertumbuhannya dari pertumbuhan tulang, pada kelompok usia ini anak-anak tidak boleh diajarkan teknik-teknik yang membuat pendeknya otot dan tendon seperti teknik bantingan, push-up, kemudian teknik yang terbilang high impact (seperti senam lantai).

4. Kelompok umur 13 – 15 tahun untuk perempuan dan 15 – 19 tahun untuk laki-laki

Pada kelompok ini kita boleh melakukan hal yang umum dalam pelatihan beladiri Thifan karena pada usia-usia ini pertumbuhan tinggi, berat, otot, tendon dan tulang dalam keadaan seimbang.

5. Kelompok umur 40 tahun ke atas

Dalam pelatihan kelompok ini perlu dilakukan pertanyaan yang berkaitan dengan fisiknya, misal apakah ia tidak mengalami pengeroposan tulang? Jika ya, maka teknik loncat atau lompat, benturan harus sudah dihindari.




BAB 4

SEJARAH MUNCULNYA

THIFAN PO KHAN

Kita ketahui bahwa hampir setiap jenis beladiri mempunyai cerita atau riwayat masing-masing, hanya saja munculnya riwayat tersebut terkadang sangat sulit untuk dibuktikan secara ilmiah.

Hal ini terjadi di antaranya karena riwayat ataupun sejarah munculnya beladiri, mungkin tidak menjadi perhatian khusus bagi para ahli sejarah manapun untuk diungkap secara tertulis, atau mungkin baru dirintis pada awal abad modern sekarang ini, itupun masih sangat terbatas sekali.

Kalaupun hendak diadakan penelitian yang sesuai dengan metode ilmiah, yang berkaitan dengan penelusuran sejarah munculnya suatu beladiri, maka akan menemukan berbagai kesulitan untuk mendapatkan bukti-bukti dan kesaksian-kesaksian tentang kejadian masa dahulu dan kini.

Pada umumnya, para pelaku ataupun para pendiri aliran beladiri tersebut tidak menuliskannya dengan jelas, kapan didirikannya (tanggal, hari, bulan dan tahun), di mana tempatnya (asal negara, propinsi dan suku bangsanya) dan pada masa apa atau siapa (kerajaan/ dinasti/pemerintahan) ? ataupun bukti-bukti nyata lainnya berupa benda-benda bersejarah kalau orang-orang beladiri tersebut pernah menciptakan senjata-senjata khusus yang dipakai dalam ilmu beladiri, dan berbagai hal lainnya yang diperlukan untuk sebuah penelitian. Kalaupun ada, bukti-bukti itu umumnya tidak lengkap.

Hal ini dapat dimaklumi penulis, karena dalam dunia beladiri ada hal-hal yang bisa diketahui oleh umum, tetapi ada pula yang ‘rahasia’, yang hanya diketahui oleh para pelaku/pendiri dan murid-murid utamanya, ada yang terkitabkan dan ada pula yang tidak, dan ini pun bertingkat-tingkat, persis seperti yang digambarkan dalam bentuk film-film, buku-buku cerita ataupun komik-komik, bagaimana kisah-kisah para pendekar dahulu ataupun sekarang, sangatlah ketat dalam menerima murid yang hendak belajar, karena memang para pendiri itu merasakan betapa susahnya ketika mendapatkan ilmu beladiri tersebut.

Rahasia yang dimaksud di sini adalah teknik-teknik andalan dalam berjurus ataupun ilmu-ilmu dalam/batin yang dimiliki beladiri tersebut memang harus disembunyikan. Hal ini bisa dimaklumi karena sesuai dengan filosofi ilmu beladiri bahwa ilmu beladiri itu diciptakan untuk membeladiri dari serangan/gangguan lawan artinya diusahakan tidaklah sedikitpun lawan itu bisa mengetahui ‘rahasia’, sebab jika lawan sudah mengetahui ‘rahasia’ ilmu beladiri tersebut, maka namanya tidak lagi beladiri tetapi berubah menjadi ‘menyerahkan diri’.

Uraian ini sengaja penulis ungkapkan karena sesuai dengan apa yang dialami penulis ketika hendak menuliskan riwayat/sejarah munculnya beladiri Shurulkhan Nie Thifan Po Khan. Tetapi tidak juga berarti penulis hendak berlaku seperti seorang peneliti sejarah, karena banyak sekali instrumen yang tidak dimiliki oleh penulis, di antaranya adalah literatur-literatur yang sangat minim.

Walaupun demikian tidaklah menjadikan pesimis bagi penulis, karena ada hal-hal tertentu yang pasti bisa disimak oleh siapa pun khususnya bagi para pecinta beladiri, yaitu adanya teknik-teknik/gerakan-gerakan yang khas yang ada pada berbagai jenis beladiri tersebut, dan hal ini secara nyata bisa kita saksikan dalam berbagai perguruan-perguruan beladiri yang ada di sekitar kita, terlepas dari asli atau tidaknya beladiri tersebut.

Karena kekhasan itulah yang juga bisa membedakan antara beladiri yang satu dengan yang lainnya. Hal ini adalah sebagai bukti awal bagi penulis bahwa ilmu beladiri tersebut memang pernah eksis atau ada.

A. Awal Perkembangan Thifan Po Khan

Thifan adalah nama suatu daerah di Negeri Turkistan Timur, daerah jajahan China yang kemudian diganti namanya menjadi Sin Kiang, yang artinya Negeri Baru (Lihat Turkistan: Negeri Islam Yang Hilang, DR. Najib Kailany). Namun kalau kita simak dalam peta dunia, yang akan kita temukan adalah nama Turfan, daerah otonomi yang termasuk dalam wilayah China Utara.

Turkistan Barat dijajah oleh Rusia yang memasukkannya ke dalam wilayah Uni Sovyet. Sebelum Islam datang ke daerah ini, beberapa suku asli seperti Tayli, Kimak, Doghan, Oirat, Kitan, Mongol, Naiman, dan Kati telah memiliki sejenis ilmu beladiri purba berbentuk gumulan, sepak tinju dan permainan senjata yang dinamakan "kagrul", yang dipadukan dengan pengaturan napas Kampa.

Dakwah Islam mulai disebarkan di Turkistan kira-kira pada dua abad setelah hijriah, sebagaimana tertulis dalam Kitab Zhodam :

"Maka tatkala sampailah dua abad lepas hijrah orang-orang sempadan tanah China arah utara itu masuk Islam. Lalu ilmu pembelaan diri masa mereka memeluk Budha itu dibawanya pula dalam alam Islam, tetapi ditinggalkannya segala upacara yang bersangkut paut dengan kebudhaannya seumpama segala penyembahan, cara bersalam dengan mengatupkan kedua belah tangan, lambang-lambang, dan segala istilah."

(ZHODAM, Telif Syiharani, halaman 9).

Menurut M. Rafiq Khan dalam bukunya "Islam di Tiongkok", mengatakan sebagai berikut :

“Orang Muslim pertama yang datang di Tiongkok ialah dalam zaman pemerintahan Tai Tsung, kaisar kedua dari dinasti Tang (627-650 Masehi). Jumlah mereka ada empat orang, seorang berkedudukan di Kanton, yang kedua di kota Yang Chow, yang ketiga dan yang keempat berdiam di kota Chuang Chow. Orang yang mula-mula mengajarkan Islam ialah Saad bin Abi Waqqas, yang meletakkan batu-batu pertama mesjid Kanton yang terkenal sekarang sebagai Wai-Shin-Zi, yaitu Mesjid untuk kenang-kenangan kepada Nabi”

Dituliskannya pula bahwa selama Pemerintahan Tai Chong (Kaisar ke-2 dari Dinasti Tsung tahun 960-1279 Masehi) Tiongkok diserbu oleh penguasa Muslim dari Kashgharia, yaitu Baghra Khan beserta pasukannya, lalu menduduki Sin Kiang (Simak : Islam di Tiongkok; M. Rafiq Khan dan Sejarah Da’wah Islam; Thomas W. Arnold).

Hal ini disepakati oleh seorang China ahli sejarah terkenal yang bernama Prof. Chin Yuan menyatakan bahwa orang-orang Islam mengirimkan utusan-utusan mereka ke Tiongkok dalam tahun 651, utusan-utusan itu bertemu dengan Kaisar Tiongkok di Changan (Sianfu), ibukota Tiongkok pada waktu itu. Pada tahun 713 M. perbatasan barat Tiongkok dikuasai oleh seorang jenderal Arab yang terkenal bernama Qutaiba bin Muslim, pada waktu itu ia telah menaklukkan daerah yang luas di Asia Tengah dan namanya sangat ditakuti.

Dari uraian di atas dapat dilihat bagaimana hubungan atau interaksi antara dakwah Islam dengan tumbuhnya berbagai macam beladiri di kawasan Tiongkok, sehingga terjadi pula Islamisasi beladiri. Sesuai dengan bahasa Urwun yang merupakan bahasa asalnya, Thifan Po khan berarti "Kepalan Tangan Bangsawan Thifan". Beladiri ini mempunyai riwayat tersendiri yang khas sebagaimana diceritakan dalam kitab yang bernama Zhodam.

B. Bagan Asal-Usul Thifan Po Khan

A. Ilmu pembelaan diri purba (Kagrul) bercampur kumfu China Purba

D. Shurul Khan

1. Naimanka (suku)

2. Kraitdsyu (suku)

3. Suyi (orang)

4. Syirugrul (orang)

5. Namsuit (orang)

6. Bahroiy (orang)

7. Tae Fatan (suku)

8. Orluq (rajawali)

9. Payuq (orang)

Kemudian digubah, ditambah ditempa, dicampur, lalu dipilih, diteliti, dikaji, maka muncul cikal bakal THIFAN

B. Kumfu China Purba, Kampahana, Tomosozhu, Yoga, Dahtayana (Shorim Shaolin)

C. Ilmu Gulat Mogul, Tatar, Saldzyuk, Silat Kitan, Tayli.

Bagan di atas dapat diuraikan lagi secara lebih terinci. Pada awalnya ada sejenis cara pembelaan diri purba berbentuk gumulan, sepak tinju dan permainan senjata yang disebut Kagrul, bercampur Kumfu China Purba. Dulu, adalah seorang pendeta Budha bernama Ponitorm/Tamo Sozhu/Tatmo/Darma Taishi yang berasal dari Hindustan. Dia mengembara ke China untuk menyebarkan ajarannya.

Dalam pengembaraannya sampailah ia ke kawasan Liang yang diperintah oleh Raja Wu, karena terkena fitnah ia melarikan diri dan sampai di Bukit Kao, di sana ia merenung selama 9 tahun. Menyadari murid-muridnya sering mendapat gangguan, baik dari binatang buas, manusia, atau penyakit yang mengakibatkan kurang lancarnya misi penyebaran agama Budha, maka ia pun menyusun suatu rangkaian gerak pembelaan diri seperti tersebut di atas.

Campuran Kumfu China Purba dengan Kampahana Tinju Hindustan yang diatur dengan jalan pernapasan Yoga Dahtayana membentuk Shourim Kumfu/Shaolin Kungfu di wihara-wihara. Pengkajian beladiri ini disusun dalam Kitab I Zen Zang serta ilmu batinnya dalam Kitab Hzen Souzen. Sampai di sini ada kesamaan sejarah dengan beladiri lain seperti Shorinji Kempo, Karate, dan lain-lain, yang masih satu sumber.

Aliran Shourim terus berkembang ke arah utara China dan memasuki daerah orang Lama (Tibet) dan orang Wigu (Turki). Di sana aliran Shourim ini pun pecah menjadi berpuluh-puluh cabang. Setiap cabang pun berkembang dan terpengaruh alam tempat pertumbuhan aliran tersebut. Pecahnya aliran ini disebabkan Dinasti yang berkuasa tidak menyukai orang Shourim.

Tersebutlah seorang bangsawan bernama Je'nan dari Suku Tayli yang pandai ilmu Syara dan terkenal sebagai ahund (ustadz atau guru) muda. Je'nan menghimpun ilmu-ilmu beladiri itu dan ia pun berguru pada pendekar Namsuit serta orang-orang Wigu. Bersama para pendekar Muslim lain yang memiliki keahlian ilmu Gulat Mogul, Tatar, Saldsyuk, Silat Kitan, Tayli, mereka pun membentuk sebuah aliran bernama Shurul Khan.

Dari Shurul Khan inilah terbentuk sembilan aliran seperti yang tersebut di atas. Aliran-aliran ini kemudian digubah, ditambah, ditempa, dialurkan, lalu dipilah, diteliti dan dikaji sebagai cikal bakal munculnya Thifan. Pada masa itu pengaruh Islam sudah masuk ke dalam beladiri ini.

C. Jurus dan Gerakan Thifan Po Khan

1. Jurus-jurus persiapan : diambil dari sepak tinju suku Wigu.

2. Tingkat Dasar : diambil dari gerakan campuran berbagai gerakan binatang dari cerita Pendekar Namsuit.

3. Jurus-jurus Turaiyt : diambil dari ilmu perkelahian Pendekar Mogul, Nana Fun.

4. Jurus-jurus Bergulat : diambil dari gerakan orang Turki, Tatar, Monsyu, Saldsyuk dan Kay suku Pantai.

5. Langkah (Tusyug) : diambil dari gerakan sebelas suku di daerah Thifan yaitu suku-suku selatan di China.

6. Khimo : diambil dari siasat suku Kitan, Tayli, Shourim, dan binatang.

7. Jurus-jurus Konlut : diambil dari gerakan unggas berkelahi, bertahan, dan lain-lain.

8. Fuen Lion : diambil dari gerakan berbagai jenis binatang cengkrik, ular, kelelawar, dan lain-lain.

9. Tawgi Kotlu : diambil dari gerakan binatang, pembelaan diri Tatar, Saldsyuk, China dan berbagai jenis Kungfu Purba Tezi dan Szanding.

10. Badur : diambil dari Aliran Tayakan Suku Mutang, Binatang Laut, Bentuk Bunga, Lilin, Selendang dari Tayli, Gerakan Suku Kitan, Mongol, Doghan dan China.

Seluruh gerakan itu diubah untuk melengkapi Shurul Khan. Selain ilmu tersebut di atas, dalam materi pelajaran beladiri ini juga diajarkan ilmu Awasin Al Kay dari Arab, tusuk jarum dari China, tusuk saraf dari Persia, dan lain-lain, juga permainan senjata seperti Toya, Shourim, Kungfu purba, permainan pedang Kurdi, permainan panah Mongol, permainan senjata Keway dari Anak Suku Wigu, serta ilmu Senzho yang merupakan gubahan berbagai suku. Karena itu Shurul Khan Thifan Po Khan termasuk aliran yang lengkap, karena segala aliran ada di dalamnya.

Inti materi latihan Thifan Po Khan dibagi menjadi enam bagian, yaitu :

1. Sentai (Senam)

Senam merupakan latihan dasar yang penting, karena mendukung jurus-jurus lain yang diajarkan kemudian. Senam tersebut meliputi : senam kepala (leher), bahu, tangan, jari, perut, pinggang, dan kaki. Ketujuh komponen tubuh inilah yang mendukung seseorang dalam melakukan gerakan serangan maupun bertahan.

2. Tawe (jurus)

Jurus dibagi menjadi :

a. Teknik Jurus : Tangan kosong (teknik kepalan dan tangan terbuka yang terkumpul dalam 2028 jurus), serta permainan senjata (sekitar 20 jenis yang terkumpul dalam 5028 jurus)

b. Teknik penggunaan jurus. Semua anggota badan bisa dijadikan senjata seperti kepala, sikut, tangan, lutut, telapak kaki, dan sebagainya. Tangkisan bisa dilakukan dengan tangan dan kaki, sedangkan teknik serangan dibagi menjadi 5 macam :

1) menyerang dengan teknik merapat

2) memanfaatkan tenaga lawan

3) mengimbangi tenaga lawan

4) menggunakan jarak/jangkauan

5) menggunakan teknik bertubi-tubi

3. Tusyug (langkah)

Langkah kira-kira ada 164 macam cara melangkah yang intinya ada 5 cara, yaitu :

a. geser

b. patah

c. lompat

d. putar

e. pilin

4. Sikla (pasangan)

5. Khimo (tipuan)

Khimo dibagi menjadi 5 jenis

a. khimo langkah

b. sikla khimo

c. khimo yang berbentuk jurus

d. khimo tangkisan

e. khimo senjata

6. Teknik pernapasan binatang buas

Ada 12 tingkat jenjang latihan yang berlaku di Thifan Po Khan. Setiap tingkat memakan waktu sekitar satu tahun. Namun ada juga program khusus, tergantung pada kemajuan murid. Pada program ini waktu bisa lebih dipersingkat.

D. Ciri Khas Thifan Po Khan

Salah satu ciri khas beladiri Thifan adalah teknik pembelaan diri yang selalu membiarkan lawan terlebih dahulu menyerang. Dengan demikian gerakan lawan dapat diamati, apakah mematikan atau tidak, kemudian teknik yang digunakan lawan tersebut digunakan untuk balik menyerangnya.

Untuk mencapai tahap kemampuan seperti tersebut di atas, ada dua hal pokok yang harus dimiliki :

1. Ketenangan

Ketenangan dapat dicapai jika dua unsur pokok dalam diri manusia dapat dipadukan dengan selaras, yaitu Unsur Jasadiyah yang terlatih dengan baik dan Unsur Ruhiyah yang terbina dalam pemahaman aqidah yang shahih.

2. Kelincahan.

Kelincahan didapat dengan melatih teknik-teknik yang ada dalam jurus-jurus Thifan secara tertib, disiplin dengan target sesuai dengan jenjang tingkatnya.

Kaidah-kaidah yang terdapat dalam Kitab Thifan Po Khan harus dilaksanakan sebagaimana adanya. Artinya, tidak boleh menambah-nambah tanpa ilmu yang jelas karena dalam beladiri kita bergerak menggunakan sistem otot, saraf, dan lain-lain.

Jadi apabila salah bergerak, bukannya sehat yang didapat tetapi sebaliknya, akan mengakibatkan sakit. Sebagai contoh, penyakit hernia dapat diakibatkan oleh latihan pernapasan yang salah.

E. Tradisi Lanah-lanah Thifan Po Khan

Tradisi yang diajarkan di lanah-lanah atau lembaga pesantren dengan doktrin Thifan Po Khan, di antaranya adalah :

1. Tidak menyekutukan Allah, tidak percaya pada takhayul, khurafat, dan tidak berbuat bid'ah dalam syara.

2. Berusaha amar ma'ruf nahi munkar (mengajak berbuat kebajikan dan melarang berbuat kemungkaran).

3. Bertindak teliti dan tekun mencari ilmu.

4. Tidak menganut asas ashobiyah (kesukuan, atau kelompok).

5. Tidak menggunakan lambang-lambang, upacara-upacara, dan penghormatan-penghormatan yang menyalahi syara.

Adanya doktrin ini disebabkan karena pada hampir semua beladiri terdapat paham agama/isme tertentu yang muncul dari adat/kepercayaan. Beladiri ini adalah beladiri khas muslim yang diwakafkan untuk umat Islam yang mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah.

F. Perkembangan di Indonesia

Pada masa Sultan Malik Muzafar Syah dari Kerajaan Lamuri yang hidup sekitar abad ke-16 didatangkan pelatih-pelatih dari Turki Timur yang kemudian disebarkan ke kalangan para bangsawan di Sumatera (dapat dilihat dalam Kisah Raja-raja Lamuri/Raja Pasai).

Pada abad ke-18 Tuanku Rao dan kawan-kawan mengembangkan ilmu ini ke daerah-daerah Tapanuli Selatan dan Minang, hingga tersebar ke Sumatera bagian Timur dan Riau yang berpusat di Batang Uyun/Merbau. Kemudian, sekitar tahun 1900-an ilmu ini dibawa oleh Tuanku Haji (Hang) Uding yang menyebarkannya ke daerah Betawi dan sekitarnya.

Beladiri khas ini pun disebarkan oleh orang-orang Tartar ke pulau Jawa sambil berdagang kain. Sedangkan di luar pulau Jawa lainnya ilmu beladiri ini disebarkan oleh pendekar-pendekar lainnya sampai ke Malaysia dan Thailand Selatan (Patani).

Masuknya Thifan ke pulau Jawa ada yang langsung dan tidak langsung. Khususnya di Jawa Barat, Thifan Po Khan dikembangkan/diteruskan oleh aliran Tsufuk atas bimbingan Ustadz A.D. El Marzdedeq.

Perlu diketahui, bahwa aliran Tsufuk ini muncul ketika masuknya Thifan Po Khan ke Indonesia dengan sistem pengajaran dalam bentuk yang tidak baku, disebabkan penyebarannya masih terbatas.

Karena besarnya animo kaum muslimin untuk mempelajari beladiri Thifan Po Khan, maka aliran Tsufuk membentuk sistem pengajaran yang baku tanpa meninggalkan kaidah-kaidah Thifan Po Khan yang benar.

Demikianlah sedikit uraian singkat tentang beladiri Shurul Khan Nie Thifan Po Khan, penulis merasa uraian ini masih banyak kekurangannya, walaupun demikian ada hal lain yang lebih pokok adalah bahwa tulisan ini merupakan informasi tambahan wawasan bagi kaum muslimin di seluruh penjuru tanah air.



BAB 5

MENGANALISA BERBAGAI MACAM HAMBATAN DAN ISSUE

YANG MENYEBABKAN KEGAGALAN PEMBIMBING THIFAN PO KHAN

Seperti kita ketahui setidaknya ada 3 (tiga) faktor utama yang menentukan keberhasilan untuk mempelajari keterampilan beladiri. Tiga faktor penentu tersebut adalah:

1. Siap meluangkan waktu untuk berlatih.

2. Siap mengeluarkan dana untuk aktifitas pelatihan.

3. Memiliki pembimbing yang profesional dan bertanggung jawab akan kemajuan murid.

Dari tiga faktor utama tersebut di atas, faktor point ke tiga memiliki peranan yang sangat besar, karena pembimbing yang profesional akan memberikan kemajuan yang sangat berarti bagi tamidnya (muridnya).

Lain halnya dengan pembimbing yang hanya bermodalkan keberanian tanpa dilengkapi dengan latar belakang yang cukup untuk memberikan pengajaran. Pembimbing seperti ini pada akhirnya akan membuat tamid gagal dalam berlatih beladiri atau bahkan membuat tamid rusak akibat salah berlatih.

Masalah ini pula yang terjadi dalam Thifan Po Khan, banyak sekali pelatih yang hanya bermodalkan membaca kitab Thifan Po Khan (Terjemahan Melayu oleh Hang Nandra Abubakar Tahun 1920), kemudian memberikan pengajaran yang pada akhirnya akan membuat tamid tersesat di dalam hutan belantara Thifan Po Khan yang setiap saat dapat memangsa fisik tamid.

Dengan dasar di ataslah penulis mengambil tema tersebut, Penulis bermaksud memberikan gambaran kepada kaum muslimin yang berfaham Al-Qur’an dan As-Sunnah yang ingin mempelajari Thifan Po Khan, mempunyai barometer untuk memilih pembimbing yang betul-betul memahami kaidah Thifan Po Khan.

Ketidak mampuan pembimbing/pelatih Thifan Po Khan dalam memahami kaidah Thifan Po Khan yang benar, diakibatkan berbagai macam hambatan/kendala, di antaranya :

A. Tidak Mempunyai Sanad yang Jelas

Hampir semua pembimbing/pelatih Thifan Po Khan tidak mempunyai sanad yang jelas, ini terjadi karena akibat beberapa hal :

1. Menyebarnya kitab Thifan Po Khan, sehingga banyak pembimbing/pelatih yang hanya bermodalkan membaca kitab langsung menjadi pelatih.

2. Melihat peluang bisnis karena banyaknya permintaan pelatihan.

3. Menganggap bahwa Thifan Po Khan itu milik umat Islam dan jadi harus diajarkan walaupun sebenarnya belum pantas untuk mengajar.

B. Tidak Mengetahui Cara Membaca Kitab Thifan Po Khan yang Benar

Perlu diketahui bahwa kitab Thifan Po Khan bukanlah kitab yang mudah untuk dimengerti isinya. Untuk sampai memahami isinya perlu belajar cara membacanya kepada pembimbing yang betul-betul telah dianggap mampu. Untuk membaca dan menafsirkannya sesuai dengan kaidahnya, karena bila pelatih salah menafsirkan isi kitab Thifan Po Khan dan mengajarkan-nya, sudah dapat dipastikan akan terjadi kerusakan fisik bagi yang mempelajarinya. Kalau ini terjadi, di mana tanggung jawab anda sebagai pembimbing/pelatih ? Bukankah yang kita latih itu saudara kita sendiri, kaum muslimin.

C. Tidak Komprehensif dalam Memahami Kaidah Thifan Po Khan

Untuk memahami kaidah Thifan Po Khan yang benar perlu adanya studi yang komprehensif, dan diperlukan wawasan yang luas untuk memahami hal ini. Pembimbing/pelatih harus mempunyai berbagai macam masukan dari berbagai macam nara sumber yang betul-betul ahli di bidangnya. Dan pembimbing/pelatih juga harus memiliki berbagai macam buku referensi beladiri dan penunjangnya.

Dengan adanya nara sumber dan buku-buku tersebut, pembimbing/pelatih mempunyai bekal yang cukup untuk memahami kaidah Thifan Po Khan yang benar. Studi komprehensif ini sangat bermanfaat untuk menemukan jati diri Thifan Po Khan yang sebenarnya.

D. Tidak Memahami Akan Terjadinya Kerusakan Fisik Jika Salah Berlatih

Seperti kita ketahui, berlatih beladiri berkaitan erat dengan sistem otot, saraf, organ pernafasan, sistem tulang dan lain-lain, karena setiap kali kita melakukan gerakan berarti kita menggetarkan sistem-sistem tersebut di atas. Jika teknik menggetarkannya dan menggerakkannya salah, maka akan terjadi kerusakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Beberapa contoh kerusakan :

1. Hernia : Salah satu penyebab Hernia adalah salah dalam melakukan teknik pernafasan perut. Perut yang seharusnya ditekan ke luar tetapi malah ditekan ke bawah. Hal ini menyebabkan penyangga perut tidak mampu menahan bobot tekanan.

2. Memukul-mukul benda keras dengan tangan tidak terbungkus akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan saraf dan tulang tangan.

3. HNP (Hernia Nuklaus Pulpasus) : Robeknya tulang punggung akibat mengangkat benda berat melebihi kemampuan (ini sering terjadi bagi mereka yang suka berlatih beladiri dengan mengangkat beban-beban berat).

4. Memukul leher di bagian belakang telinga, hal ini akan mengakibatkan kerusakan saraf karena di bagian tersebut terdapat batang otak yang merupakan pusat sistem saraf. Jika hal ini berlangsung terus akan mengakibatkan parkinson.

5. Memaksakan gerakan-gerakan berat kepada orang yang belum pernah berlatih gerakan tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya aliran darah pada otot dan akan menimbulkan rasa sakit diakibatkan kontraksi penguatan otot yang berlebihan.

6. Melakukan gerakan-gerakan baru yang tidak terdapat dalam kajian beladiri tersebut. Hal ini dapat menyebabkan jaringan otot terkoyak.

Untuk menghindari hal-hal tersebut di atas, pembimbing/pelatih harus dibekali pengetahuan global tentang sistem-sistem yang disebutkan di atas. Hal ini sangat perlu karena yang kita bimbing adalah saudara kita kaum muslimin dan untuk ini kita harus memberikan yang terbaik pada mereka.

E. Tidak Mempunyai Bentuk Baku dalam Sistem Pengajaran

Penulis sering mendengar keluhan dari para tamid (murid) tentang sering berubahnya teknik jurus ataupun teknik pelatihannya (metode pelatihan). Hal ini terjadi karena memang Thifan Po Khan yang diajarkan Ustadz A.D. El Marzdedeq tidak mempunyai bentuk baku. Hal ini karena berbagai macam alasan, salah satu alasannya agar Thifan Po Khan berhati-hati dalam merekrut tamidnya.

Bentuk baku ini diperlukan dalam rangka pembinaan berjenjang tamid, menganalisa kemajuan tamid dan menentukan target yang ingin dicapai/diinginkan. Dengan adanya bentuk baku ini kemungkinan munculnya perbedaan gerakan (teknik pelatihan, teknik jurus dan lain-lain) dapat kita hindarkan. Hal ini penting agar tidak memunculkan aliran-aliran baru (yang diketahui ± 18 aliran) dan juga penting agar tamid tidak menjadi bingung terhadap satu dengan yang lainnya.

Bentuk baku yang harus kita miliki mencakup beberapa hal penting, di antaranya :

1. Metode pelatihan.

2. Persamaan jurus/teknik (materi pelatihan)

3. Jenjang tingkatan dan cara pengujiannya

4. Pelatihan khusus bagi pembimbing yang terus menerus.

5. Bentukan baku yang lain untuk menunjang kemajuan tamid.

F. Tidak Tertib dalam Memberikan Pengajaran

Banyak sekali kita temukan yang mengajarkan Thifan Po Khan tidak berdasarkan target, tetapi berdasarkan pembimbing itu sendiri, sehingga kita jumpai pembimbing memberikan materi yang tidak berkaitan satu sama lain (tidak saling menunjang). Ini membuktikan sesungguhnya pembimbing tersebut belum memenuhi syarat untuk mengajarkan, dan apa yang terjadi ? Pelatihan tidak berlansung lama dan yang paling membuat kita prihatin adalah ilmu Thifan yang mereka dapat dibawa ke dalam beladiri lain.

Seperti sering kita lihat senam Thifan dipakai dalam beladiri lain, lalu di mana tanggung jawab anda sebagai pembimbing/pelatih ?

G. Tidak Tertib dalam Administrasi

Seperti dalam masalah tersebut di atas, banyak sekali pembimbing/pelatih yang menerima tamid tidak tertib administrasinya, hingga tamid yang berlatih tidak terdaftar di pusat pimpinan (Zho Lanah) sehingga perkembangan tamid menjadi tidak jelas karena tidak adanya ujian yang menentukan kemajuan mereka.

H. Tidak Melakukan Cek dan Ricek dalam Pemberian Materi Pelatihan

Pada umumnya pembimbing Thifan jarang sekali melakukan cek dan ricek tentang pemberian materi yang mereka ajarkan. Hal ini terbukti dengan jarang sekali mendiskusikannya kepada nara sumber Ustadz A.D. El Marzdedeq.

Sering penulis menanyakan kepada beliau, apakah ada pembimbing/pelatih yang suka mendiskusikan masalah materi kajian, beliau menjawab hampir tidak ada. Kalau hal ini terjadi maka pembimbing memberikan materi pelatihan, kebenarannya hanya menurut pembimbing itu sendiri.

I. Adanya Misi Terselubung dari Orang-orang atau Kelompok-kelompok Tertentu

Orang-orang/kelompok-kelompok ini biasanya berfaham : “Yang penting ilmunya kita dapat dan kita tidak perlu mengikuti tertib mereka”. Dan setelah mereka mendapatkan pelatihan/pengajaran, mereka ajarkan lagi kepada orang-orang/kelompok-kelompok mereka tanpa memberitahukan kepada pusat pimpinan (Zho Lanah) dan kalau ini mereka lakukan maka mereka akan mewariskan kerusakan fisik kepada kelompok-kelompok/orang-orang mereka, karena pembimbing mereka sebenarnya belum mendapatkan legalitas untuk mengajar. Ingat !!! Salah berlatih dapat merusak fisik anda.

J. Mencari Legalitas dengan Mengatasnamakan Ustadz A.D. El Marzdedeq

Sering sekali kita mendengar pembimbing/pelatih yang meyakinkan dirinya telah pantas untuk mengajar membawa-bawa nama Ustadz A.D. El Marzdedeq, padahal setelah penulis langsung menanyakan kepada Ustadz A.D. El Marzdedeq, Ustad menjawab : “Saya tidak menyatakan seperti itu”.

Untuk itulah tamid yang akan mempelajari Thifan Po Khan, jika mendengar pembimbing/pelatih/orang mengatasnamakan Ustadz A.D. El Marzdedeq, jangan hanya percaya tetapi mintalah bukti tertulis, bahwa apa yang pembimbing/pelatih/orang katakan tersebut betul-betul dari beliau. Hal ini pulalah yang ditekankan Ustadz A.D. El Marzdedeq kepada penulis, bahwa jika ada issue-issue tersebut, tolong langsung saja ditanyakan kepada beliau.

K. Memberikan Issue yang Jelek kepada Pelatih Lainnya

Hal ini dialami sendiri oleh penulis, banyak pelatih-pelatih lain yang mengissuekan hal-hal yang buruk terhadap penulis, di antaranya ada 3 (tiga) issue pokok. Tiga issue pokok itu adalah :

1. Suka berimprovisasi

2. Suka mengambil murid pelatih lain

3. Tidak jelas pemahaman agamanya

Penjelasan penulis sebagai berikut :

1. Dijawab sendiri oleh Ustadz A.D. El Marzdedeq dalam suratnya kepada penulis, bahwa bentuk baku yang penulis ajarkan sesuai dengan kaidah Thifan Po Khan.

2. Sama sekali tidak benar. Tamid yang berlatih kepada penulis datang sendiri dengan berbagai macam keluhan di antaranya :

- Tidak ada kemajuan, padahal sudah berlatih lama (ada yang sudah 8 tahun).

- Ditinggalkan oleh pembimbing.

Untuk lebih mengetahui issue ini silahkan bertanya langsung kepada tamid yang belajar kepada penulis.

3. Perlu penulis tekankan bahwa penulis berfaham janji Thifan dan Insya Allah istiqomah menjalankannya.

Setelah penulis amati ternyata issue yang ditiupkan kepada penulis ada 3 (tiga) alasan pokok, yaitu :

1. Takut kehilangan murid (tamid).

2. Takut kehilangan mata pencaharian.

3. Menganggap penulis orang baru di Thifan (lebih junior).

Dengan adanya keterangan-keterangan di atas, kaum muslimin yang berfaham Al-Qur’an dan As-Sunnah yang berminat belajar Thifan Po Khan diminta teliti untuk mencari pembimbing yang benar-benar memiliki syarat-syarat sebagai berikut :

1. Mempunyai sanad yang jelas (ditegaskan secara tertulis).

2. Profesional, dalam arti :

- Mengerti tentang sistem baku pengajaran.

- Mengerti bagaimana membuat tamid dari hari ke hari bertambah kemajuannya.

- Mempunyai tanggung jawab moril yang besar.

Demikianlah fakta yang penulis temukan dan kumpulkan di lapangan, semoga informasi di atas dapat berguna bagi pembimbing maupun kaum muslimin yang berfaham Al-Qur’an dan As-Sunnah yang ingin belajar Thifan Po Khan.

Marilah kita jujur pada diri kita sendiri untuk menggunakan akal kita sebelum mengambil keputusan untuk mempelajari atau mengajarkan Thifan Po Khan.

Semoga tamid pengkaji Thifan Po Khan
berjaya dalam lindungan Allah I.


BAB 6

TANGGUNG JAWAB MORIL

THIFAN PO KHAN ALIRAN TSUFUK

A. Beberapa Temuan Masalah

1. Besarnya keinginan dalam kalangan kaum muslimin untuk mempelajari beladiri, untuk itu diperlukan suatu beladiri yang Islami, yang jauh dari perbuatan-perbuatan khurafat, takhayul, bid’ah serta macam-macam cara (penghormatan) atau menggunakan lambang-lambang (simbol-simbol) yang tidak Islami.

2. Latihan beladiri menyangkut pelatihan sistem saraf, sistem tulang, otot dan organ-organ penunjang lainnya. Untuk itulah tidak boleh sembarang orang mengkaji tanpa dibekali pengetahuan yang cukup tentang sistem-sistem tersebut di atas. Jika hal ini diabaikan, maka sudah dipastikan akan terjadi kerusakan-kerusakan dalam tubuh orang tersebut, baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.

3. Telah banyak timbul penafsiran tentang buku beladiri Thifan Po Khan sehingga banyak sekali para penafsir baru yang tidak mempunyai syarat sebagai seorang penafsir menafsirkan buku Thifan Po Khan, akibatnya banyak muncul aliran-aliran baru yang penafsirannya telah jauh dari kaidah yang diinginkan oleh Thifan Po Khan itu sendiri.

4. Merupakan kewajiban moril bagi setiap pengajar untuk memberikan yang terbaik bagi tamidnya (murid) sehingga Tamid menjadi jelas tentang kajian yang diberikan.

Dari hasil-hasil temuan di atas, aliran Tsufuk yang merupakan hasil penafsiran buku Thifan Po Khan merasa mempunyai tanggung jawab moril untuk memberikan yang terbaik bagi setiap pengkajinya karena aliran Tsufuk telah dilengkapi metode pelatihan dan pengajaran yang dipelajari, diteliti atau dianalisa dalam kurun waktu yang cukup lama.

B. Beladiri dan Penyebaran Agama serta Isme-isme Tertentu

Hampir setiap beladiri secara terselubung menyebarkan agama dan isme-isme tertentu, jika hal ini tidak diwaspadai, maka kaum muslimin akan terjebak dan secara tidak disadari telah mengikuti tata cara yang mereka inginkan dan jadilah kita termasuk golongan mereka.

Contoh :

1. Membuat tanda silang dengan tangan di depan badan kemudian mengucapkan “hoss” ini adalah cara penghormatan agama shinto untuk dewa matahari.

2. Menutup kedua telapak tangan di depan dada. Ini adalah penghormatan kepada dewa tertentu dalam ajaran agama Hindu (Sikap tangan dinamakan mudra, dan setiap mudra melambangkan dewa; weda parikrama)

3. Lambang-lambang tertentu yang merupakan aqidah agama/isme lain seperti :







Y




= Aqidah Yahudi



[


= Aqidah Tao




= Aqidah Hindu / Budha

dan lain-lain yang harus kita teliti dan waspadai

C. Pelurusan Niat dalam Berlatih

Pada kurun waktu tertentu seseorang yang menekuni beladiri akan mencapai titik jenuh dan kebosanan. Pada kondisi ini dapat terjadi beberapa kemungkinan.

1. Tidak mampu bertahan dan sudah pasti ia akan mundur dari pelatihan.

2. Mundur untuk sementara waktu dan akan bergabung lagi pada saat yang tepat.

3. Terus bertahan sampai akhir pelatihan.

Dari kemungkinan-kemungkinan tersebut di atas sudah tentu yang kita inginkan adalah kemungkinan ketiga yaitu terus bertahan. Dan menjadi pertanyaan yang menarik bagaimana kita dapat melewati masa kejenuhan tersebut.

Jawabnya sangat sederhana, luruskan niat kita tanyakan pada diri sendiri, untuk apa sebenarnya kita berlatih. Kalau niat kita hanya bersifat duniawi seperti ingin dipuji oleh manusia atau mengharapkan sesuatu yang bersifat duniawi, maka sudah tentu masa kebosanan tersebut susah kita lalui, tetapi jika yang kita harapkan adalah pahala akhirat maka tidak akan ada rasa bosan di dalam kita, karena Allah I telah berfirman :

æóãóäú íøõÑöÏú ËóæóÇÈó ÇáÏøõäúíóÇ äõÄúÊöåö ãöäúåóÇ æóãóäú íøõÑöÏú ËóæóÇÈó ÇúáÂÎöÑóÉö äõÄúÊöåö ãöäúåóÇ

“Dan barang siapa menghendaki pahala dunia niscaya kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat kami berikan pahala akhirat itu”

(Ali Imran 145).

Untuk itulah bagi kaum muslimin yang akan mengkaji beladiri harus terus menanyakan kembali niatnya dalam berlatih.

D. Cidera dalam Berlatih

Seperti kita ketahui berlatih beladiri berkaitan erat dengan sistem tulang, sistem otot, sistem saraf, sistem pernafasan dan pengendalian emosi, satu sama lain terkait erat dan tidak dapat dipisahkan.

Jika kita melatih diri (beladiri) tidak tahu tentang sistem-sistem tersebut di atas, sudah dapat dipastikan kita akan mengalami cidera baik dalam jangka waktu pendek ataupun jangka panjang.

Contoh-contoh :

1. Hernia, terjadi akibat salah melakukan teknik pernafasan perut, perut yang seharusnya ditekan ke luar sehingga menjadi kembung tetapi adalah ditekan ke bawah.

2. Memukul-mukul benda keras dengan tangan yang tidak terbungkus pelindung akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan tulang dan kerusakan saraf tangan.

3. Mencampuradukkan dua beladiri yang tidak sealiran dengan metode pengkajian yang berbeda. Kerusakan yang terjadi dapat dilihat dengan munculnya bisul-bisul kecil di bagian tubuh tertentu dan jika diteruskan pengkajiannya maka saraf muka akan terputus.

4. Melakukan gerakan baru yang tidak terdapat dalam kajian beladiri tersebut. Hal ini dapat membuat jaringan otot terkoyak (Connective Tissue Damage).

5. Memaksakan gerakan-gerakan berat kepada orang yang belum pernah berlatih gerakan tersebut karena dapat mengakibatkan menurunnya aliran darah pada otot dan rasa sakit karena kontraksi penguatan otot yang berlebihan.

6. Salah melakukan latihan-latihan peregangan

Contoh :

Gerakan di atas dapat memeras potongan tulang belakang dan menjepit urat-urat saraf.

Untuk mengurangi kemungkinan cidera di atas diperlukan seorang pembimbing yang benar-benar mengerti tentang bagaimana cara melatih yang baik, bukan seorang pembimbing yang berimprovisasi (mencoba-coba) gerakan baru yang mana dia sendiri tidak mengetahui dampaknya bagi tamid-tamidnya.

Hal ini sering kita jumpai pada pelatih Thifan Po Khan yang sering berimprovisasi dengan menafsirkan sendiri buku Thifan Po Khan tanpa memiliki syarat yang harus dipenuhi jika ingin menafsirkan buku Thifan Po Khan.

Ingat !! kita jangan bermain-main dengan resiko, karena yang kita latih adalah saudara-saudara kita kaum muslimin.

E. Asal-Usul Timbulnya Aliran Tsufuk

Aliran Tsufuk (Tikus Termenung) timbul akibat rasa tanggung jawab moril untuk memberikan yang terbaik kepada kaum muslimin dalam pengkajian beladiri Thifan Po Khan.

Menurut penulis tidak ada standar baku dalam metode pelatihan maupun pengajaran sehingga sering kali seorang pelatih tidak mempunyai konsep untuk melatih dan tidak dapat memberikan perbaikan-perbaikan kepada tamidnya karena tidak ada data untuk menganalisa kemajuan tamidnya dan cidera merupakan hal yang sering terjadi di dalam turgul akibat tidak diketahuinya konsep berturgul yang baik.

Hal lain yang mendasar adalah banyaknya hambatan untuk menyatukan konsep pelatihan maupun pengajaran akibat masing-masing pelatih merasa telah mampu menafsirkan dengan baik buku Thifan Po Khan, sehingga timbullah aliran-aliran baru yang pada akhirnya membingungkan para tamid, karena setiap tamid Thifan Po Khan akan bertanya-tanya jika bertemu dengan tamid lainnya yang berbeda pelatih karena berbedanya kajian yang diperolehnya.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas maka penulis menyusun satu aliran tersendiri yang mempunyai metode pelatihan yang telah diterapkan selama beberapa tahun serta mempunyai target yang dapat memberikan bukti nyata bagi keberhasilan tamid-tamidnya.

Pada dasarnya yang dipelajari di dalam Thifan Po Khan aliran Tsufuk yaitu apa yang terdapat di dalam buku Thifan Po Khan dan ditambah dengan permainan senjata seperti toya, pedang satu, pedang dua, samurai dan lain-lain. Mungkin yang membedakannya dengan aliran Thifan yang lain adalah mempunyai tahapan pelatihan yang jelas dan sistematis dan selalu mengamati perkembangan tamidnya melalui analisa data dalam laporan kemajuan setiap tamid (progress chart).

Berlatih beladiri harus dengan sistematika yang jelas karena jika tidak maka resiko terkena cidera sangat tinggi, untuk itulah diperlukan pembimbing yang mengerti tentang cara melatih yang baik dan benar dan merupakan tanggung jawab moril yang berat bagi seorang pembimbing karena seorang pembimbing harus dapat membuat para tamid terus-menerus mengalami kemajuan baik dari segi beladiri atau dari segi kesehatan fisik.



Daftar Pustaka

Departemen Agama R.I., Al-Qur’an Al-Karim.

Ahmad Ibn Ruman, Awaasin Alkay

DR. Najib Kailany, Turkistan, Negeri Islam Yang Hilang,

DR. Yusuf Al Qardhawy, Niat dan Ikhlas

G. Pudja, Weda Parikrama

Grant Donovan, Jane Mc Nhmara, Peter Gianoli, Exercise Danger, 30 exercise to avoid plus 100 safer and more effective alternatives.

Louis Proto, Self Healing, Use Your Mind to Heal Your Body.

M. Rafiq Khan, Islam di Tiongkok.

Michael J. Alter, MS., 300 Teknik Peregangan Olah Raga.

Neil F. Gordon, Arthritis You Compelete Exercise Guide.

Prof. G. La Cava cs., Basic Book of Sport Medicine

Siharani, Kitepni Dhat wa Naht.

Siharani, Kitepni Thifan Po Khan

Siharani, Kitepni Zhodam.

Thomas Kurz M.Sc., Stretching Scientificalyy, a guide to flexibility training.

Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam

Ustadz A.D. L. Marzedeq, Parasit Aqidah

Zeans Ph.d., Masuki Zona

Kliping Dzikir Nafas

Makalah-makalah Thifan Po Khan aliran Tsufuk.


THIFAN POKHAN TSUFUK, LATIHAN DI MUSTIKA JAYA SETIAP MALAM AHAD, JAM.20.00, GABUNG CALL.021.68313425.wawan setiawan.SEGERA !!!